Keajaiban Tembok Besar China memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Banyaknya nilai sejarah yang terkandung di balik pembangunan tembok yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia menjadi legenda tersendiri. Tempat ini merupakan satu-satunya tempat di dunia yang konon bisa dilihat oleh para astronot ketika sedang melakukan perjalanan ke luar angkasa. Tembok yang sangat luar biasa panjang tersebut memang sebuah tempat yang harus dikunjungi ketika pergi ke China.
Tembok Besar China adalah tujuan wisata pertama saya ketika mendapat kesempatan bisa mengunjungi untuk pertama kali ke negeri bambu ini. Saat paling indah untuk mengunjungi Tembok Besar China, yaitu saat musim semi (dominasi warna hijau pohon), saat musim gugur (dominasi warna oranye kemerahan daun yang akan gugur), dan musim dingin (saat Tembok Besar dan sekelilingnya diselimuti salju).
Saya sangat beruntung dapat melihat pada musim semi ketika hutan di sekitar tembok besar berwarna hijau. Panjang Tembok Besar China menurut penelitian terakhir sekitar 21.196,18 km. Melebihi luas Pulau Jawa. Bayangkan panjangnya Tembok Besar ini hampir 20 kali Pulau Jawa.
Tembok Besar China dibangun pada zaman periode Dinasti Qin, Han dan Ming. Namun sebagian besar tembok besar raksasa yang berdiri pada saat ini merupakan hasil dari periode Ming. Menurut sejarah tembok besar dibangun untuk benteng pertahanan, batas kepemilikan lahan, dan penanda perbatasan. Perjalanan ke tembok besar yang dibangun sekitar 1.000 tahun yang lalu itu membawa kesan yang amat sangat tersendiri bagi saya.
Untuk menuju Tembok China, saya melalui pintu masuk Mutianyu yang jaraknya hanya sekitar 80 kilometer dari Beijing. Dari Mutianyu saya naik kereta gantung untuk menuju tower 1. Tiket untuk naik kereta gantung 120 yuan atau sekitar Rp 240.000. Harga ini termasuk tiket turun dengan naik toboggan atau kereta luncur. Setelah turun dari kereta gantung barulah petualangan berjalan kaki menyusuri Tembok China dimulai. Saya berjalan kaki dengan suami dan anak sampai tower 4 dengan diselingi istirahat di setiap menara pengintai dan mengambil foto.
Setelah turun dari kereta gantung, saya berjalan-jalan di sepanjang tembok besar yang lebar jalannya sekitar tiga meter. Saya sengaja menuju pos pengintai yang berada di ketinggian. Disini ada ruangan sekitar 5 meter X 4 meter untuk bisa berfoto dengan mengambil latar belakang lika-liku tembok besar yang sangat megah di antara perbukitan yang menjulang tinggi. Jalannya lumayan menanjak dan agak curam.
Dari kejauhan tembok besar seperti ular naga yang meliuk-liuk jalannya dan disekitarnya pemandangannya sangat indah. Dengan hutan dan pohon yang menghampar berwarna kehijauan kontras dengan tembok besarnya yang berwarna putih. Saya sangat kagum pada bangsa China zaman Dinasti Ming yang mampu membangun tembok besar yang kekar dan kuat sampai sekarang. Bisa diinjak sampai ribuan orang meskinya usianya hampir 1.000 tahun.
Setelah berjalan naik dan turun sekitar dua kilometer nafas saya mulai ngos-ngosan dan saya minta istirahat dulu di salah satu menara. Di sini kaki saya juga mulai terasa kurang nyaman. Saya minta tolong suami untuk mengoleskan Geliga Krim di bagian kaki sambil dipijat lembut. Karena cepat meresap, tidak lengket, panasnya lebih terasa, dan tidak berbekas maka Krim Otot Geliga ini langsung menghilangkan bebas pegal di kaki saya.
Setelah merasa nyaman kembali, saya melanjutkan lagi berjalan-jalan di beberapa titik menara tempat pengintaian. Tembok Besar China memang luar biasa membuat kagum para turis. Sehingga tidak heran, banyak sekali turis dari seluruh dunia ingin datang kesini. Bangunannya megah dan memanjang di punggung perbukitan. Pepohonan hijau di sekitar perbukitan dan langit yang biru semakin memperindah pemandangan. Dari kejauhan kelihatan beberapa bukit yang kelihatan dilewati tembok besar ini.
Saya datang pada waktu yang tepat di musim semi sehingga mendapatkan pemandangan yang bagus tanpa adanya kabut, suhu udara yang tidak terlalu dingin dan sinar matahari muncul dengan cerah. Karena itu faktor penting untuk foto-foto yang perlu saya ambil.
Sebenarnya ada beberapa pintu masuk untuk menikmati pemandangan dari tembok besar. Ada pilihan lewat Badailing. Tetapi saya sengaja lewat pintu masuk Mutianyu karena, lokasinya paling dekat untuk akses menuju puncak tembok besar. Pemandangan yang ditampilkan lebih cantik banyak hutan hijau dan saya tidak perlu repot-repot mendaki bukit dan gunung menuju puncak, karena di Mutianyu ada akses kereta gantung.