Apa rahasia Sapardi Djoko Damono tetap aktif menulis di usia 77 tahun. Rahasianya adalah setiap hari harus di depan laptop untuk terus menulis. Sekarang ini Sapardi setiap pagi sekitar pukul 7.00 WIB sudah duduk di depan laptop dan mulai mengetik sekitar dua sampai empat jam per hari. Pria kelahiran Solo tanggal 20 Maret 1940 ini sudah menghasilkan sekitar 40 buku novel dan puisi . Puisi dan novelnya telah diterjemahkan dalam puluhan bahasa asing
Kebahagiaan Sapardi selama ini sehingga kelihatan awet muda adalah ketika bukunya selesai ditulis. Rahasianya tetap sehat adalah mendapat vitamin kasih sayang dari keluarganya. Ketika muda dia pernah menulis dalam semalam sampai 20 sajak. Waktu yang paling bagus untuk ideal menulis adalah di pagi hari ketika sunyi sekitar pukul 03.00 pagi hari. Sapardi memiliki dua laptop yang fungsinya satu untuk menulis, dan satu laptop lagi untuk mencari data atau isnpirasi.
Buku puisi yang terakhir diterjemahkan adalah berjudul "Hujan Bulan Juni" telah diluncurkan dalam dua bahasa bilingual bahasa mandarin dan indonesia di toko Buku Gramedia , Central Park Jakarta, Rabu 1 November 2017. Penerjemahan dilakukan oleh TF Chan, diaspora asal Indonesia yang saat ini bermukim di Hongkong.
Sapardi kepada penulis mengaku saat ini di usia 77 tahun sudah dua naskah buku yang sudah dirampungkan dan diserahkan untuk proses cetak kepada penerbit PT Gramedia Pustaka Utama sebagai kelanjutan novel "Hujan Bulan Juni". Awalnya buku ini berbentuk kumpulan puisi kemudian dilanjutkan menjadi novel.
Saa ini novelnya telah menjadi film berjudul "Hujan Bulan Juni" dengan pemeran Velove Vexia , Baim Wong, Koutaro Kakimoto, Surya Saputra dan lainnya. Sapardi turut juga menjadi pemain dalam film yang diangkat dari novelnya itu. Sapardi berperan sebagai ayah dari tokoh utama, Sarwono yang diperankan Adipati Dolken. "Saya tidak bisa menolak ketika diajak sutradara main film dari naskah novel saya," ujar Sapardi sambil tertawa. Sutradara film Hestu Saputra ikut tertawa dengan ucapan Eyang Sapardi dan mengaku film ini mulai riset, penulisan naskah sampai shooting perlu waktu hampir dua tahun sampai selesai pengambilan gambar.
Sapardi menyerahkan isi novelnya kepada sutradara Hestu Saputra dan tidak mau mencampuri isi naskah filmnya. 'Harus dibedakan naskah film dan novel. Jadi saya tidak mau ikut campur menggarap naskah filmnya," Ujar Sapardi di acara peluncuran buku edisi mandarin sekaligus acara meet @ greet pemain film 'Hujan Bulan Juni."
Pertama lahir sebagai puisi tahun 1989 "Hujan Bulan Juni," berulang kali bermutasi gen menjadi cerita bergambar, buku mewarnai, komik, lagu, sampai akhirnya ditulis selama enam bulan menjadi novel dan selesai dicetak pertama tahun 2015 oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Besok tepat tanggal 2 November 2017 novelnya sudah menjadi film yang siap edar tayang di gedung bioskop seluruh Indonesia dengan latar belakang shooting di Solo, Manado,Jakarta, dan di negara Jepang ketika bunga sakura sedang bermekaran.
Acara peluncuran buku juga ada acara pembacaan puisi oleh Velove, bintang film dan Koutaro dalam bahasa Jepang. Sapardi sendiri tidak ketinggalan ikut membaca puisinya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H