Sebagai produsen mobil merk Toyota tentuk faktor keselamatan penumpang yang paling utama. Karena hal tersebut prinsip kerja tidak membuat cacat, tidak menerima cacat, dan tidak meneruskan cacat adalah faktor utama di pabrik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Prinsip itu harus dikerjakan oleh seluruh karyawan TMMIN di mana pun berada. Karena sebagai produsen mobil dan komponennya selalu menjaga agar pengguna mobil Toyota terjamin keselamatannya.
Hal ini berkaitan erat dengan filosofi Jidoka dari Jepang yang berkaitan erat dengan kualitas produk. Selama proses produksi, harus dipastikan tidak ada produk cacat. Jika kejanggalan atau kesalahan terjadi, proses produksi harus segera dihentikan.
Semua karyawan Toyota harus memiliki pemahaman untuk menghasilkan produk berkualitas baik, tidak membiarkan terjadi cacat produk, atau menghasilkan produk cacat. Hal ini terlihat sederhana, namun sangat sulit diaplikasikan di lapangan. Apalagi yang diproduksi TMMIN adalah mobil utuh kelas ekspor seperti Kijang Innova, Fortuner, Etios Valco, Vios dan Yaris.
Filosofi kerja ini dijelaskan oleh Bapak Turmudi, selaku Executive General Manager PT TMIIN saat menerima 20 orang Kompasianer secara ekslusif dalam acara Kompasiana Visit bersama PT TMMIN untuk mengajak Kompasianer mengetahui langsung bagaimana proses pembuatan mesin dan komponen mobil Toyota dari part terkecil hingga menjadi sebuah mesin yang utuh di Pabrik Sunter 1, Jakarta Utara, Rabu 10 Juni lalu.
Foto2: Proses pembuatan mobil (Koleksi Museum Toyota, Nagoya Jepang)
Beruntung saya termasuk 20 orang Kompasianer bisa melihat langsung bagaimana proses pembuatan mesin tersebut. Pada saat itu saya bisa melihat langsung perwujudan Toyota Way yaitu corporate culture yang digunakan oleh korporasi Toyota, yang terdiri dari 2 pilar utama: Continuous Improvement dan Respect for People. Dan juga Toyota Production System yaitu salah satu sistem lean manufacturing yang dirancang khusus sehingga bisa mengingkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Selain dari itu, Kompasianer juga bisa mengalami langsung perpaduan dari culture Toyota Global dan juga kearifan bangsa Indonesia.
Dari corporate culture Toyota secara pribadi, saya mendapat pelajaran berharga, yakni filosofi kerja Toyota yang bagi saya sangat menarik untuk diikuti. Filosofi tersebut yaitu Jidoka, Kaizen, dan Asakai. Karena saya tertarik dengan filosofi kerja yang mengutamakan kualitas dan perbaikan yang terus menerus saya sengaja mencari referensinya dan membuat tulisan khusus tentang tiga filosofi Toyota tersebut adalah:
Jidoka
Sebelum menerangkan definisinya, saya terangkan dulu tujuan dari Jidoka, yaitu:
- Menjamin hasil produksi mencapai kualitas terbaik.
- Penyederhanaan produksi manpower
- Mencegah terjadinya down time akibat adanya kelainan pada proses produksi.
Jidoka adalah istilah bahasa Jepang yang artinya adalah Otomatisasi dan Otonomisasi.