Lihat ke Halaman Asli

Percakapan Antara Pohon Karet dan Kelapa di Alas Albert

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di kampungku yang jauh di ujung timur Pulau Jawa pohon kelapa dan pohon karet bisa berdekatan tumbuhnya dan mereka bisa mengobrol. Karena pohonnya tinggal di perkebunan Alas Albert,  maka pohon karet  sengaja ditanam untuk disadap getah karetnya.

Sedangkan kelapa sengaja ditanam di halamanku untuk diambil buah kelapanya.Biasanya pak tukang kebun ku segera naik ke pohon kelapa kalau ibuku butuh memasak sayur lodeh kesukaan keluargaku
Suatu hari aku mendengar kelapa dan karet bicara. Entahlah,tiba-tiba di pagi yang masih subuh menjelang fajar itu dari kamar tidurku di rumah sinder perkebunan alas albert aku bisa mendengar percakapan pepohonan. Tapi yang paling keras terdengar adalah pembicaaan antara pohon karet dan kelapa.


Karet: kenapa ya manusia itu selalu bilang makin tua makin

berminyak kayak kelapa

Kelapa: lho aku khan dibutuhkan semua buahnya, kulitnya, daunnya, air kelapanya aja bia diminum waktu buahku muda

Karet: aku juga punya keunggulan.getah karetku bisa untuk ban mobil, karet gelang, dan alat-lat kedokteran untu sarung tangan aku bisa,

Kelapa: tapi karet daunnya hanya berguguran saja. Kalau daunku bisa untuk janur hiasan bunga pengantin, ketupat dan bungkus kue.

Karet: aku makin tua juga makin banyak getahnya.tapi manusia gak mau tanam aku lama-lama.karena kayuku mau dipakai kayu bakar

Kelapa: kalau kayuku bisa mahal semakin tua.bisa untuk tiang rumah

Karet: aku harus dipelihara manusia.supaya tiap hari getahku keluar, kulit pohonku diiris ama manusia. Tapi aku senang.karena manusia bekerja mencari uang supaya bisa mengiris tubuhku….sakit sih sedikit badan pohonku.tapi hatiku senang, manusia yang mengiris pohonku bisa makan dan menyekolahkan anak.

Kelapa: aku akui harga buahku lebih murah.Paling kelapa muda hanya 2.500 rupiah

Karet: aku mahal sih.asal getahku langsung diolah di pabrik-pabrik indutri

Kelapa: aku juga mahal kalau dah jadi minyak goreng

Karet: kalau tidak ada getah. Mobil-mobil  tidak bisa berjalan karena tidak bisa membikin ban mobil.

Kelapa; aku juga bisa mahal lho. Kalau sudah jadi mebel rumahtanggal batangku jadi mahal

Karet: katanya permen karet itu dari getah juga.tapi aku gak tahu pakai getah karet ku atau getah buatan

Kelapa: masak permen karet dari getahmu.pasti itu sintetis atau karet buatan.kamu jangan merusak gigi anak-anak dengan getahmu

Karet: aku juga bisa lama hidup sampai 25 tahun, bisa bikin kaya perusahaan perkebunan karetmmakanya aku bingung manusia suka bilang makin tua makin berminyak. gak kayak pohon karet makin tua getahnya habis.

Kelapa: aku ngaku deh kalah ama kamu.soalnya aku hanya ditanam di halaman rumah penduduk di tumbuh liar di pantai-pantai tropis. Sayang aku bukan kelapa sawit. Tapi aku bangga calon pengantin selalu pakai daun mudaku untuk janur.

Setelah puas mendengarkan percakapan pohon karet dan kopi akusegera menggeliat bangun. Aku harus segera ke sekolah. Tapi aku selalu teringat percakapan pohon karet dan kelapa. Manusia sangat membutuhkan mereka.  Setelah aku mempelajari pelajaran biologi tanaman karet dan kelapa di sekolah aku baru sadar pendapat manusia salah ya(Asita Suryanto, email: asita@djojokoesoemo.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline