Kitab-kitab palsu yang dimulai dari abad ke-2 hingga ke-5 Masehi banyak menceritakan tentang sosok Yesus kecil dan keajaiban yang dimiliki sang bocah.
Berikut ini beberapa contohnya: Kitab Kelahiran Maria dari abad ke-6 menceritakan keajaiban Maria dan pohon kurma, bayi Yesus yang bisa berbicara juga berasal dari kitab abad ke-5, kitab Thomas dari abad ke-2 menceritakan Yesus bocah yang membuat burung-burungan dari tanah liat dan menghidupkannya.
Semua kisah dari kitab palsu ini tidak memiliki orientasi pada pesan penyaliban. Kitab-kitab ini tidak merekam pemikiran dasar manusia abad pertama, dimana seorang tokoh dinilai dari cara dia mati, bukan sebaliknya, yakni cara sang tokoh lahir.
Bagaimana dengan empat Injil yang sekarang menjadi pegangan umat Kristiani? Keempat Injil ini adalah kanonik, yang artinya resmi dan ditulis oleh para murid di zaman Yesus, atau oleh murid mereka, dan tidak melebihi abad pertama. Penulisan terjauh adalah 60 tahun setelah kematian Yesus.
Apakah itu artinya Injil-Injil ini merekam pemikiran dasar manusia abad pertama di tanah terjanji? Jawabannya, 100% ya! Seluruh kisah dalam Injil-Injil ini adalah penyelenggaraan kematian Yesus di kayu salib, dari awal kisah hingga akhir. Itulah sebabnya kisah-kisah kosong yang terdapat di Injil palsu sebagaimana di atas tidak ditemukan di dalam Injil kanonik.
Tapi bagaimana dengan Natal? Kisah ini tidak menceritakan kematian Yesus bukan? Jawabannya cukup mengejutkan, kisah Natal adalah kisah penyelenggaraan penyaliban Korban Agung Allah.
Nah, mari kita memasuki kisah Natal.
Kita semua hampir bosan dengan kisah Natal sebagaimana diceritakan pada sekolah minggu. Bahwa Maria mengandung bayi Yesus. Karena harus mengikuti sensus di kota Yerusalem, Yusuf suami Maria membawa istrinya pergi dari Galilea ke kota tersebut.
Ketika pasangan Yahudi yang saleh ini tiba di kota bernama Bethlehem, Maria pun melahirkan.
Karena rumah-rumah penginapan sudah sangat penuh, akhirnya Maria melahirkan di kandang domba. Datanglah para Majus dari Timur mempersembahkan emas, dupa dan minyak mur. Juga para gembala ikut menengok sang bayi.
Kisah yang mengharukan hati ini terambil dari Injil Lukas 2:1-7. Seorang tokoh besar lahir di kandang domba yang sepi, sehingga pesan kesederhaannya sangat kuat.