Lihat ke Halaman Asli

Cinta Bunda di Hatimu

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kemarin mereka di sini bernyanyi bersama Bunda.

Tertawa dan menangis

Kini mereka pergi

meninggalkan goresan-goresan tangannya di dinding beku,

meninggalkan retakan jendela kaca ulah nakal masa kecilnya

Juga di gagang pintu yang dipatahkannya

Tak ada lagi rengekan-rengekan tertahan

Tak ada lagi rajukan-rajukan memaksa.

Tak ada lagi gema canda tawa di langit-langit

Juga ketika mereka berebutan posisi di samping Bunda

Merapat, memeluk dan mengecup Bunda.

Kini Bunda sendiri bersama senja.

Memandangi foto-foto kalian dalam diam.

Sungguh bukannya Bunda tidak ridho.

Bunda kadang hanya kurang bisa berdamai dengan hati

Maafkan Bunda Sayang,

Tugas Bunda ternyata hanya sesaat

Kini Bunda di akhir waktu

Bersiap menjemput malam

Bunda telah berada di senja hari

Tak lama lagi ajal menjemput

Maafkan Bunda sayang,

Bunda bukannya tak ingin di sisimu selamanya

Berlarilah sayang,

Jemputlah hari kalian.

Jemputlah terangnya mataharimu.

Rabb.... inilah buah hatiku

Mereka bukan lagi putra-putriku

Mereka kini milik zamannya,

Robb..,  Inilah buah hatiku

Kutitipkan dia kepadamu

Telah kubesarkan dia dengan cinta

Dengan pemahaman yang baik

Jagalah dia, Engkaulah sebaik-baiknya penjaga titipan.

Robb.., inilah putra-putriku

Kuserahkan syahidnya di jalanMu

Biarkan dia meniti jalan menujuMu

Bersama cinta Bunda di hatinya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline