Lihat ke Halaman Asli

Chairunnisa Ilmi

An Ambivert

Dampak Politik Identitas bagi Masyarakat di Negara Berkembang

Diperbarui: 20 Juni 2021   02:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Salah satu cara yang paling mudah untuk mempengaruhi masyarakat adalah mengusik kembali identitas primordial mereka yang bersifat mutlak. Mutlak disini memiliki artian tidak dapat dirubah, sesuai dengan takdir, dan merupakan kesadaran awal dari setiap manusia. Inilah yang menjadi tonggak lahirnya politik identitas.

Bila ditilik lebih jauh, maka politik identitas umumnya mengacu pada subset politik di mana kelompok orang dengan identitas ras, agama, etnis, sosial atau budaya yang sama berusaha untuk mempromosikan kepentingan atau kepentingan khusus mereka sendiri.

Politik identitas biasa dilakukan oleh mereka yang diuntungkan secara komunitas terhadap masyarakat yang kurang paham tentang esensial politik. Menurut The Guardian, "ketika kelompok merasa terancam, mereka mundur ke dalam kesukuan", menyebabkan kelompok orang menjadi "lebih defensif, lebih menghukum, lebih kita-lawan-mereka". Jadi ketika sebuah komunitas yang cenderung memiliki suara yang banyak tengah diserang atau tidak diuntungkan dari segi politik, maka mereka biasanya akan mengambil jalan politik identitas sebagai modal utama mereka meraih suara.

Adapun jargon yang dipakai untuk mendulang suara dari politik identitas ini adalah ketidakpuasaan yang muncul dari dalam masyrakat yang merasa terpinggirkan sebagai bentuk kanalisasinya maka motif berkelompok didasari rasa yang sama dan inipun mampu menjadi pemicu pembentukan politik identitas sehingga mereka menggunakan jalur politik sebagai alternatif untuk menyatukan kekuatan dalam rangkaian agenda demokrasinya.

Dalam ruang lingkup multikulturalisme, khususnya di Indonesia yang masih menjadi negarra berkembang, praktek politik identitas ini sangat rentan. Bayangkan dari ratusan suku, kepercayaan, dan budaya, berapa banyak potensi pengorganisasian politik identitas ini ? lalu siapa yang diuntungkan ? adalah mereka yang mendulang suara dari kelompok masyarakat terbanyak yang biasanya tidak begitu paham soal politik atatu justru rela menggadaikan semua kepentingannya demi isu politik yang mencuat diantara komunits mereka.

Ada 3 pendekatan pembentukan identitas, yaitu: 

1.  Primodialisme yaitu pemahaman identitas diperoleh secara alamiah atau turun temurun. Seperti karakter orang Sunda memiliki watak yang halus, lembut, dan ayu. Pendapat ini menjadi turun menurun walaupun tidak semua orang batak berkarakter demikian. 

2.  Konstruktivisme menyatakan identitas sebagai sesuatu yang dibentuk dan hasil dari proses sosial yang kompleks. Identitas dapat terbentuk melalui ikatan-ikatan kultural dalam masyarakat. Marga atau fam bias menjadi pola ikatan yang memicu pembentukan identitas.

3.  Instrumentalisme yakni identitas merupakan sesuatu yang dikonstruksikan untuk kepentingan elit dan lebih menekankan pada aspek kekuasaan (Widayanti, 2009: 14-15).

Politik identitas dalam masyarakat kultural akan terus terjadi bilamana tidak ada atau kurangnya pengajaran pada masyarakat tentang Multikulturalisme/pluralism. Namun apa saja dampak terjadinya politik identitas di masyarakat ? berikut uraiannya :

  • Mengancam ketentraman Negara.  

Konstestan politik yang terus melakukan berbagai cara agar mereka menang biasanya akan terus menerus menggerus isu politik identitas, bahkan seringkali mereka juga lah yang menjadi wayang dari perhelatan isu politik identitas ini. contohnya adalah penggunaan gaya berpakaian yang agamis agar terlihat demikian oleh masyarakat yang memiliki identitas yang sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline