Lihat ke Halaman Asli

Asikin Hidayat

Seorang guru di Majalengka.

Ketika Burung Tak Lagi Takut Bebegig

Diperbarui: 9 September 2022   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi privat

Dulu, dengan pola pikir sederhana, para petani tinggal membuat bebegig untuk menakut-nakuti burung yang datang menggangu padi yang menguning. Yaitu boneka berbentuk orang-orangan, ditempatkan di tengah atau di sudut sawah yang dihubungan dari satu bebegig ke bebegig lainnya dengan seutas tali. Petani tinggal menarik tali itu, sehingga bebegig tampak bergerak-gerak, dan karenanya burung takut dan terbang menjauh.

Bahkan, tidak dengan cara ditarik-tarik pun, burung akan takut dengan bebegig yang menyerupai petani (biasanya badan dan tangannya terbuat dari jerami), karena burung mengira sawah yang padinya mulai menguning itu ada penjaganya. Maka, untuk sementara waktu padi aman dari para pencuri berpelatuk keras itu.

Padahal, burung-burung pemangsa padi itu hanya sejenis burung kecil saja, yakni burung pipit, emprit, cici padi, dan bondol. Google menyebut ada 37 jenis burung pemangsa padi yang sepanjang panen menjadi musuh petani. Konon yang paling berbahaya adalah burung pipitbondol. Entah, mungkin ini jenis burung blasteran antara pipit dan bondol, ya ...?

Bukan persoalan ukuran kecilnya yang menjadi masalah dan membuat repot petani, tetapi karena jumlah burung-burung itu yang tidak terhitung. Ratusan, dan bahkan bisa jadi ribuan. Bayangkan jika kawanan burung itu dibiarkan memangsa padi, maka padi satu hektar saja akan dengan mudah dihabisi. Menangislah petani!

Cara ampuh mengusir padi dengan bebegig ternyata sekarang tidak mempan lagi. Perkembangan zaman dan kemajuan pola pikir mungkin terjadi pula pada burung-burung pemangsa padi. Betapapun mengerikannya bebegig-bebegig yang dipasang di sawah tidak lagi jadi persoalan buat burung-burung itu. Emang gue pikiran, mungkin itu yang ada di pikiran mereka.

Peristiwa mengenaskan terjadi di kampung Karoweng, Sukabumi, ketika panen nyaris gagal karena burung-burung kecil yang menggemaskan itu. Ketika padi siap dipanen, ratusan burung menyerang. Berbagai upaya dilakukan untuk menghalau burung-burung itu, termasuk dengan bebegig, tidak membuahkan hasil.

Seperti kawanan gerilyawan yang terdidik, burung-burung itu konon menyerang padi dengan jadwal yang sudah tertentu. Burung-burung itu datang setiap pukur 6.00 hingga pukul 10.00, kemudian datang lagi pada pukul 16.00 sampai menjelang malam. 

Wah, wah, jangan-jangan burung-burung ini sengaja dikendalikan dari jarak jauh secara digital. Jadi kayak film fiksi saja, ya?

Demikianlah memang kehidupan, selalu ada yang berubah. Tidak ada satu pun entitas yang bertahan di kondisi yang sama. Muda menjadi dewasa, dewasa menjadi tua, dan seterusnya. Bahkan dari bagus menjadi jelek, itu mah sudah menjadi kadarullah.

Pada tataran ini, manusia hanya mampu mencoba melakukan pencegahan, tanpa bisa menolak perubahan. Sementara pencegahan itu sendiri hanya berputar di tataran permukaan, tidak sampai kepada substansi krusial yang pengetahuannya hanya Allah SAW yang memiliki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline