Semula saya tidak tahu jika Gala-gala adalah judul lagu. Bener. Udik banget saya ini, demikian gerutu saya ke diri sendiri. Bahkan saya tidak tahu jika Gala-gala bukan lagu baru, akan tetapi lagu lama karya Rhoma Irama. Padahal usia saya lebih tua dari usia lagu Gala-gala yang diciptakan Rhoma pada tahun 1990-an.
Tiba-tiba saja lagu itu jadi sering lewat di telinga saya. Tidak saja judulnya, akan tetapi lirik dan gedebak-gedebuk musiknya yang selalu mengundang pendengarnya untuk berjoget.
Kreator senam irama menggunakan lagu Gala-gala untuk pengiring senam ciptaannya. Panggung-panggung dangdut (lengkap maupun hanya organ tunggal) berulang-ulang memutar lagu Gala-gala. Kini, telinga saya menjadi sangat akrab dengan Gala-gala.
Oh, tiada terkira / Rindu segala gala-galanya. Demikian refrain lagu Gala-gala ciptaan Rhoma Irama yang demikian enak didengar. Liriknya sederhana mengalir sederhana, namun hentakan dinamikanya lar biasa. Dan demikianlah memang kebanyakan lagu Rhoma Irama, selalu mengena di hati penggemarnya.
Di satu sisi, kehadiran lagu Gala-gala bagi saya menjadi pengobat jenuh setelah lebih dari 40 hari telinga ini disesaki berita Ferdy Sambo yang lebih telenovela dari telenovela itu sendiri. Sebuah suguhan sandiwara yang lebih seru bahkan dari sebuah sinetron sekalipun. Sebagai salah seorang netizen, saya Cuma bisa geregeteun saja.
Lalu, kenapa saya menyandingkan Gala-gala dengan Ferdy Sambo? Uff! Jangan memaksa saya dengan jawaban ilmiah. Saya Cuma ingin menyatakan opini sederhana, bahwa Gala-gala sebagai lagu ternyata lebih mencitrakan kedamaian dan kebahagiaan ketimbang cerita Ferdy yang menyesakkan.
Masyarakat kini sedang jengah dengan apa yang disaksikan sehari-hari baik melalui layar televisi, media sosial, ataupun melalui warta di koran-koran. Belum ditambah dengan warta-warta tambahan yang lebih mengedepankan sensasional, sementara konten beritanya nol besar.
Judul konten yang dibuat sedemikian rupa hanya untuk menarik penonton atau pembaca. Luar biasa, orang-orang kini sudah mulai tidak takut dengan dosa.
Dan cerita Ferdy Sambo adalah rangkaian cerita para pendosa yang nyata, yang bahkan para pelakunya tidak menampakkan rasa berdosa. Kita sedang dihadapkan pada kekumuhan suasana yang sengaja dibangun. Pentas dengan warna lampu buram, yang penontonnya tidak tahu pada episode mana akan mendapatkan terang-benderang.
Rakyat sesungguhnya sedang merindukan sesuatu yang lebih bermakna dalam kehidupannya. Setelah didera derita pandemi covid-19 dua tahun kemarin, harapan hidup lebih baik berkelindan di benak dan hati mereka. Akan tetapi kenyataannya malah lain. Bermacam-macam penderitaan susulan malah bertubi-tubi dialami.