Hal yang membuat bulan Ramadhan menjadi istimewa adalah, bahwa bulan ini merupakan bulan paling utama dibanding bulan-bulan lainnya dalam setahun. Laiknya seorang raja yang berwibawa, kedatangannya disambut dengan suka cita dan penghormatan yang luar biasa. Imbasnya menyentuh berbagai sendi kehidupan, dari religi, sosial, hingga ekonomi. Tak terkecuali bagi Pramuka. Maka, mari sucikan bulan Ramadahan dengan mengimplementasikan suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Bulan Ramadhan tiba. Bulan suci yang sarat sakralitas. Momentum tahunan yang memang layak diutamakan dari bulan-bulan lainnya.
Geliat kedatangan Ramadhan memang sudah dapat dilihat dua tiga bulan sebelumnya. Bahkan di awal Syawal tahun lalu, orang sudah berharap dapat berjumpa lagi dengan ramadhan berikutnya. Maka kali ini, adalah pertemuan dengan Ramadhan dengan hitungan sesuai dengan usia yang dimiliki setiap manusia.
Alangkah rugi melewatkan bulan yang datang tahunan ini hanya dengan sikap dan perilaku biasa-biasa saja. Manusia tidak pernah tahu dengan batasan umur. Tidak ada yang tahu kapan usia ini dipenggal Tuhan, dan kemudian kita tidak sempat lagi bertemu Ramadhan di tahun berikutnya. Maka memanfaatkan momentum Ramadhan dengan perilaku positif adalah sebuah keharusan.
Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan adalah sekalimat Dasadharma yang menyiratkan betapa pentingnya kita berpikir, berkata dan berbuat. Di bulan suci ini, implementasi dharma kesepuluh ini adalah momen yang sangat tepat.
Suci dalam pikiran menyiratkan betapa penting kita berpikir suci, berpikir positif, atau positive thinking. Betapa sering kita berpikir yang bukan-bukan, berpikir tidak karuan, berpikir jelek terhadap orang lain, dan sebagainya. Hampir tidak seorang manusia di dunia ini yang mampu lepas dari kejelekan pikir. Curiga terhadap orang lain, adalah salah satu pikiran negatif yang senantiasa menjadi teman di mana pun manusia berada. Waspada memang perlu, tetapi kecurigaan terlalu mendalam akan buruk akibatnya, lebih-lebih jika tidak ditemukan bukti autentik tentang kecurigaan kita. Curiga berlebihan sesungguhnya identik dengan buruk sangka!
Pikiran positif berkorelasi dengan perkataan positif. Jika pikiran jernih, maka jernih pulalah perkataan kita. Perkataan yang jernih adalah luncuran kalimat yang keluar dari mulut berupa aksen-aksen kalimat yang full kebaikan. Tanpa sebersitpun tertetes virus untuk menjelekkan orang lain, tidak muncul sumpah serapah, tidak muncul umpatan memojokkan, apalagi muncul kalimat-kalimat provokasi dan sebagainya.
Dua hal itu, pikiran dan perkataan, selanjutnya berkorelasi dengan perbuatan. Jadilah tiga serangkai yang kemudian saling menguatkan satu sama lain. Berawal dari berpikir positif, maka muncullah perkataan yang baik, dan kemudian terejawantahkan dalam perbuatan yang baik pula. Jika seseorang memiliki pikiran dan perkataan yang baik, takkan muncul perbuatan yang negatif. Perbuatan yang baik akan muncul seiring dengan dimilikinya pikiran dan perkataan positif.
Hanya orang-orang munafik yang memiliki pikiran, perkataan dan perbuatan yang berbeda. Biasanya orang munafik menunjukkan perbuatan yang baik, padahal sesungguhnya ia berpikiran jelek. Perbuatan dan perkataan dibuat-buat sedemikian rupa untuk menutupi kejelekan pikir yang dimilikinya. Kategori orang semacam ini, selain munafik, adalah juga pembohong besar.
Sebagai seorang Pramuka, kita sudah memiliki kaidah yang jelas. Dharma kesepuluh dari Dasadharma ini merupakan rambu-rambu. Maka, mari sucikan bulan Ramadhan dengan mengimplementasikannya secara konsisten.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H