Lihat ke Halaman Asli

Menguapkan Air tanpa Mendidihkan

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13537016542046809358

Ah yang bener, memangnya kita bisa menguapkan air tanpa mendidihkan?............begitu pikir saya saat mendengar pertama kali pernyataan ini. Dari jaman kuda gigit besi, saya tahunya air itu mendidih berubah menjadi uap air pada suhu 100C. Namun ternyata pemikiran saya salah. Fakta-faktanya banyak bertebaran di depan mata;

  1. pakaian di jemuran bisa kering tanpa dididihkan
  2. garam bisa dipisahkan dari air laut tanpa dididihkan
  3. air keringat bisa hilang dari tubuh tanpa kita dididihkan (wkwkwk...mateng dong)

Kalau begitu, pertanyaan selanjutnya adalah....kok bisa?. Ya bisa lah....memangnya Ya bisa dong :D Kata kuncinya adalah "Tekanan Uap". Pada temperatur tertentu, cairan di permukaan akan berubah menjadi uap sehingga memiliki tekanan uap yang berada dalam keseimbangan antara cairan dengan gas atau udara yang ada di atasnya. Bingung kan?....sama dong :D Contohnya begini, air pada suhu 25C memiliki tekanan uap 25mmHg, sementara tekanan udara sekitar (atmosferik) adalah 760 mmHg. Misalkan air dimasukkan dalam wadah tertutup yang berisi udara kering, maka dalam wadah, air di permukaan akan berubah menjadi uap sehingga proporsi 25 bagian jika dibandingkan dengan 760 bagian udara. Wadah Tertutup 1. Pada saat awal air dimasukkan dan wadah ditutup, belum ada uap air terbentuk. 2.Pelan-pelan, air dipermukaan berubah menjadi uap dan tekanan uap air pun perlahan-lahan naik sampai mencapai 25 mmHg.

1353702764865981568

3. Pada saat tekanan uap air sampai pada titik 25 mmHg, air yang berubah menjadi uap akan diimbangi oleh air uap air yang kembali berubah menjadi air sehingga jumlah uap air tidak akan bertambah lagi.

13537027991621161726

Wadah Terbuka Pada wadah terbuka, uap air yang terbentuk pada tahap 2 wadah tertutup akan segera hilang tersapu angin atau lepas ke udara bebas. Dengan demikian tekanan uap air 25 mmHg tidak akan pernah tercapai sehingga uap air akan terus menerus terbentuk sampai airnya habis.

13537028691195441731

Proses penguapannya sendiri akan semakin cepat jika angin bertiup atau jika suhu airnya lebih tinggi. Makanya, buat Ibu-Ibu pasti faham jika jemuran akan lebih cepat kering saat matahari terik dan banyak angin. Menguapkan = Mendinginkan Peristiwa perubahan fasa dari air menjadi uap air adalah peristiwa yang membutuhkan banyak energi. Contoh nyata adalah mendidihkan air. Lalu darimana energi didapatkan pada peristiwa penguapan tanpa pendidihan? Pada kasus jemuran dan garam, energi didapatkan dari sinar matahari. Sedangkan pada kasus keringat, energinya diambil dari panas tubuh sendiri. Artinya, panas tubuh akan diambil oleh air untuk proses penguapan keringat menjadi uap air. Akibatnya saat keringat menguap, tubuh akan terasa lebih dingin karena ada panas yang diambil untuk proses penguapan. Mudah-mudahan berguna :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline