Lihat ke Halaman Asli

Kalau Bukan Profesor, Mungkin Tidak Didengar

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[Sepertinya, hampir semua tulisan yang sudah  diposting di kompasiana ini - di akhir karangan dibubuhi 'bersambung', atau di tengah karangan ada 'akan diceritakan pada judul tersendiri'... hmm, masalahnya bukan apa-apa, cuma 'tidak sempat', akhirnya masih cuma mengumbar janji untuk melanjutkan tulisan, padahal tentu saja pinginn sekali merampungkannya,,] Saya sedang menikmati ini. baru  kali ini rasanya benar-benar menikmati belajar hukum dengan kesadaran sendiri. mungkin ini karena memang -melanjutkan ke pasca dan memilih berjuang di ranah akademisi- adalah pilihan pribadi dan bukan pilihan terpaksa karena 'kesasar'. Meski masih tidak menutup kemungkinan, jika ada peluang dan tentu saja-jika ada 'panggilan', akan 'berbelok' jadi praktisi. Tapi sementara ini, Saya katakan, 'panggilan' itu di sini, di ruang kuliah 1, lantai 2 gedung pasca fh ub. Apalagi dengan hadirnya sosok Prof. Koesno di hadapan Saya minimal setiap pekan sekali itu, membuat Saya benar-benar terrinspirasi. Saya bisa menangkap nilai dakwah yang diam-diam Beliau selipkan. Yang cukup mematri dalam benak adalah "Karena Saya Profesor, maka Saya didengar orang. Makanya, Saya katakan, Jangan Berzina! Zina itu mendatangkan murka Allah, murka Tuhan! Kalau Saya bukan profesor, mungkin Saya tidak kalian dengar." (kurang lebih begitu) Subhanallah.. pada awalnya Saya hanya berpikir, cukup sampai magister, tidak perlu doktor apalagi profesor. Saya ini perempuan, nantinya Saya akan jadi istri dan Ibu. Saya akan punya Imam dan pekerjaan utama yang cukup menyita waktu. Saya akan 'manut' saja pada Imam, dan konsentrasi pada 'pekerjaan utama' Saya. Menjadi Magister adalah sarana untuk berjuang supaya bisa jadi pendidik. pekerjaan yang saya incar itu bukanlah tempat mencari uang, tapi lebih pada pengabdian. Saya telah 'dipanggil' lantas diberi 'bekal', maka Saya harus memenuhi panggilannya dan melaksanakan amanah atas 'bekal' yang telah diberikan itu. Dan cukuplah itu. selebihnya saya 'manut'. Namun, ceramah Prof. Koesno dalam mata kuliah Hukum dan Masyarakat kala itu benar-benar membuka pikiran Saya. kenapa harus berhenti pada tingkat S2? kenapa sudah mematok diri hanya sampai situ. ini bukan masalah kehormatan. bukan pula kemuliaan atau status sosial. tapi bukankah dengan sekolah tinggi maka ikhtiar akan semakin optimal, mempan, kokoh. jika masalah dana jadi kendala, berapa banyak sudah orang di sekeliling Saya yang mempunyai keterbatasan dana tapi tidak menjadikan itu sebagai kendala... Bunda Marwah Daud Ibrahim yang Profesor ber-almamater The American University Washington DC itu juga berhasil menjadi Ibu yang sukses (ada cerita tentang anaknya yang mondok di Gontor, bahwa ternyata sampai kini, anak SMP itu nggak dibelikan ponsel meski merengek-rengek. Justru Bu Marwah membelikan MP4 untuk hafalan Qur'an. Dan sebulanan kemudian, waktu anaknya pulang, dia 'memamerkan' hafalan Qur'an Ar Rahman-nya pada Ibu dan Bapaknya), istri yang baik, bahkan negarawan dan muslimah yang teladan. (bayangkan, ternyata Beliau berhasil 'mengalahkan' kemalasan dengan kebiasaannya sholat Lail, tilawah dan tadabur ayat. Mantan anggota DPR RI 5 periode itu bahkan tidak ber-mobil dan rumahnya di masuk gang). (Tapi kayaknya ndak sesibuk Bunda Marwah yang - hari ini ada di Jakarta, malam nanti sudah di lain pulau, besok sudah di Natuna -_-' ). Jadi ingat juga cerita dr.Kusuma SpOg, yang hampir tidak ada jeda dalam rutinitas hariannya. dengan 4 anak, Beliau praktek dan jadi dosen, tanpa pembantu rumah tangga, ber-rumah 2 lantai, belum amanah-amanah lainnya yang setumpuk. Waktu anak sulungnya protes, "Abi kok kalo pulang kerja bisa langsung istirahat?! Umi lo masih kerja !!" Dengan khas Bugis-nya Beliau menjawab, " Ya beda.. tugas utama Umi itu di rumah. urusan rumah tangga ini tanggung jawab utama Umi, kerjaan Umi di luar itu sampingannya.." Y a    A l l a h...  karuniakanlah aku ilmu, yang dengannya dapat menjadikan dunia ini sedikit lebih baik..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline