Lihat ke Halaman Asli

[ECR#4] Di Antara Daun-daun Marginata

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dracaena Marginata

Kabar kedekatan Mahar dan Firman telah merebak  menjadi obrolan warga dimana-mana. Firman yang alim bersahaja, sopan dan ramah dalam bergaul ternyata menggiring Mahar untuk ikut dalam pencarian cinta sejati. Firman telah membuat dirinya jatuh hati sejak pandangan pertama. Firman, figur lelaki yang telah lama didamba akhirnya berkunjung kerumahnya makin menambah mekar bunga-bunga cinta dalam hati Mahar.

Senandung lagu-lagu cinta terus mengalun dalam hatinya. Namun ada hal yang membuatnya gundah. Selain Ranti yang melarangnya untuk mendekati Firman,  Asih si sekdes Rangkat rupanya memendam rasa sejak lama pada Firman.  Bukan satu dua orang yang menyampaikan hal tersebut, bahkan kemarin dia mendapat penjelasan dari Acik, adik Asih.

“Begitu ya, Cik..” suaranya datar mendengar penjelasan yang panjang lebar dari Acik. Adik sekdes itu kemudian berlalu dengan wajah muram. Dia yakin ada rasa yang kuat dalam hati Mahar saat melihat mata perempuan itu membulat bagai bulan purnama ketika Acik bercerita. Berita tentang Firman rupanya membuat Mahar antusias.

Dan, siang ini di kantor desa. Ada tamu istimewa yang sedang berhadapan dengan Asih. Kantor yang sunyi senyap karena bertepatan dengan jam istrahat terasa makin lengang saat dua orang dalam ruangan tersebut  masih saling diam. Asih masih sibuk menyelesaikan tugas setelah tadi meminta maaf agar Mahar menunggu dia menuntaskan pekerjaan.

Dengan sabar Mahar memperhatikan kesibukan Asih sambil matanya melihat-lihat sekeliling. Ruangan yang sederhana tanpa hiasan atau poster apapun. Hanya kalender dan jam dinding yang jadi penghias ruangan. Diatas meja hanya tumpukan dokumen. Tak ada vas bunga atau pernak-pernik lain layaknya ruangan sekretaris.

“Maaf ya, Mahar sudah menunggu lama..” Asih memandang sambil tersenyum. Dia menggeser dokumen yang ada didepannya. Mahar balas tersenyum dengan hati berdebar-debar.

“Ada apa Mahar, tumben  kemari? ada yang bisa saya bantu?”

Mahar mengatur posisi duduk lalu menghela nafas sejenak.

“Mbak Asih, benar kabar yang saya dengar, kalau mbak Asih menyukai mas Firman?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline