Lihat ke Halaman Asli

Lambaian Janur Kuning ( 3 )

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13174578071129271216

Malam penuh bintang di Desa Rangkat seperti hati Acik yang saat ini tengah diterangi dengan gemerlap bintang. Bahagia dia rasakan sejak mas Firman datang melamarnya sore itu. Dan Malam ini merupakan malam terakhir Acik menjalani status sebagai seorang gadis. Mulai esok hari dan seterusnya, dia akan menjadi istri mas Firman. Bukan lagi gadis remaja. Dia akan menjalani bahtera rumah tangga. Mencintai, menyayangi dan menghormati mas Firman sebagai suaminya. Setelah segala sesuatu dimusyawarahkan dengan matang, pernikahan mas Firman dan Acik akan dilangsungkan dengan sederhana.

Suasana pengajian terasa begitu mengharukan, kala mas Erwin menyampaikan sambutan sebagai kepala rumah tangga. Melepas Acik untuk menikah esok menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang kakak. Senyum kebahagiaan juga terlihat dari wajah Asih. Sejak pertama melihat mas Firman, dia telah yakin. Suatu ketika mereka akan di persatukan menjadi keluarga. Benar saja, mas Firman ternyata memilih Acik sebagai calon istrinya. Dan esok mereka akan menikah dan menyatu selama-lamanya.

“ Selamat, ya Cik. Ingat jangan begadang ya, besok kamu jadi pengantin loh.” Seloroh bunda Selsa saat berpamitan. Warga Rangkat hampir semua menghadiri pengajian, kecuali keluarga Pak Kades. Maklum, Mommy istri Pak Kades, sekarang tengah di rawat di rumah sakit kecamatan. Jingga dan adiknya Uleng, bergantian menjaga. Sementara Pak Kades harus bolak balik mengurus bisnisnya yang ada di kabupaten.

Namun begitu, kabar gembira ini tetap sampai juga ke mereka. Jingga melalui kang Inin, menyampaikan ucapan selamat atas nama keluarganya pada Acik. Dan sepertinya Jingga akan berusaha hadir. Bagaimanapun pernikahan Acik merupakan hal yang ditunggu-tunggu, berhubung sekian lama dikabarkan akan menikah, baru kali ini berita itu benar-benar nyata.
Sebelum tidur, Acik dan Asih masih duduk-duduk berdua dalam kamar Acik. Beberapa hari ini Asih selalu merasa terharu saat melihat adiknya itu. Dengan mata berkaca-kaca dia memeluk Acik.

“ Besok kamu sudah jadi istri mas Firman, cinta dan sayangi suamimu ya. Patuh sama suami. Kalo kamu marah atau lagi benci, hadirkan rasa kasih dalam dirimu. Ingat, suamimu adalah dirimu. Jika suamimu terluka, maka kamu juga akan merasakan sakitnya. Jadi bahagiakan suamimu ya, Cik. Karena kalo suamimu bahagia, kamu juga akan merasa bahagia.”

Pesan Asih sambil menepuk-nepuk punggung adiknya itu. Acik hanya mengangguk sambil mengusap air matanya. Besok dia akan menjadi milik orang lain. Dia akan pindah rumah dan tidak lagi tinggal bersama dengan kakaknya. Kenangan awal kebersamaan mereka kini hadir kembali seperti layar besar yang mengisahkan cerita tentang mereka. Banyak suka dan duka yang mewarnai, namun semua itu justru menjadi kenangan yang tak mungkin terlupakan hingga akhir hidupnya.

***
Tenda biru putih, berhiaskan bunga-bunga di pinggirnya makin menambah semarak rumah Asih yang telah penuh dengan tamu-tamu. Halaman yang tidak terlalu luas, telah diatur sedemikian rupa hingga menyerupai sebuah ruangan. Kursi-kursi yang dibungkus dengan kain senada warna tenda makin menambah cantik dekorasi.

Asih sebagai tuan rumah sejak tadi terlihat sibuk. Jam sepuluh dipastikan, mempelai pria akan datang dengan di antar kedua orang tuanya dan sebagian warga Rangkat yang merangkap jadi keluarga.

“ Mbak. Asih, ini gimana?” Dorma muncul dengan nampan berisi kue. Asih memang menunjuk Dorma sebagai seksi konsumsi. Sebagai hansip, dia tentu lebih berpengalaman untuk menjaga makanan.

Didalam rumah, nampak warga Rangkat lainnya. Ada Bunda Selsa, Ghara, miss Rochma yang tengah sibuk berbincang dengan pengantin baru, Zwan yang kali ini datang dengan suaminya. Mbak Yulianti Zunior, mbak Imels, mbak Jingga, mbak Deasy, mbak Kembang, Dewa, Oma Oni K yang kali ini merangkap sebagai pendamping pengantin wanita. Sejak tadi pagi Oma menemani Acik di dalam kamar.

Di ruang tengah nampak barisan perempuan yang duduk di lantai berlapiskan karpet. Ada mbak Lovely Lina, Rena, mbak Icha, Iin, bunda Yani, Nisa, mbak Fitri, jeng Pemi dan masih banyak lagi yang lainnya. Sebagian warga seperti Pak RW, Kang Inin, mas Odi, Mas Roni, mas Pocong, dan mas Rey menjadi pihak keluarga mempelai pria. Sementara itu mas Bowo menjadi fotografer untuk mengabadikan momen penting dalam hidup mas Firman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline