Lihat ke Halaman Asli

Asih Iqbal iqbal

Tri harnanik atas asih

Pasung

Diperbarui: 11 Januari 2022   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Anak itu tercenung sebentar, ketika sebuah bayangan hitam menghampirinya. Surti nama anak itu. Rambut lurus sebahu  hitam manis dan perawakannya tinggi kurus.

Sumi tinggal di perkampungan yang jauh dari kebisingan kita. Memiliki keluarga sederhana, enaknya menikah setelah ayah Sumi meninggal setahun yang lalu.

Sumi memiliki satu saudara laki-laki yang usianya dua tahun lebih tya darinya. Sehari-hari emak Sumi bekerja mencari daun jati untuk dijual di pasar desa sebelah. Hasil dari penjualan daun jati hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Sumi dan kakaknya yang bernama Seto, tidak mengenyam pendidikan, dikarenakan kondisi ekonomi. Sedangkan ayah tiri Sumi seorang pria yang pemalas, pemabuk, penjudi dan tidak bertanggung jawab. Kerjaannya menyabung ayam bersama teman-temannya. Entah emak Sumi kok bisa menikah dengan pria seburuk bapak Karim.

Hari ini, emak Sumi berangkat lebih pagi karena ada pesanan dari bu Mirah untuk hajatan lusa besok. Anaknya yang bernama Solih mau menikah dengan gadis pujaannya. Sumi pun diajak turut serta mencari daun jati di hutan.

"Mak... Berapa keranjang yang dibutuhkan bu Mirah, nanti? Soalnya daun di sini sudah mulai habis dipetik kemarin?" tanya Sumi sambil berjalan mengekor emaknya.

"Gak tau, Sum.Yang penting kita mencari daun-daun itu, mumpung masih pagi. Dua keranjang mungkin cukup untuk bu Mirah." Emak Sumi menyahut sambil tangannya menukas daun yang tua dengan lincahnya.

Sumi mengangguk dalam diam. Usianya yang belum matang menurut saja. Baginya membantu emaknya sudah cukup untuk kebutuhan sehari-hari mereka berempat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline