Lihat ke Halaman Asli

Kaya Garis Pantai, Mengapa Garam Masih Impor?

Diperbarui: 15 September 2018   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa Indonesia masih mengimpor garam? Seperti sebagian tahu, Indonesia memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, yaitu 99.093 km. Lantas yang menjadi pertanyaan, mengapa garam masih harus diimpor juga?

Yang bisa menjawab pertanyaan itu mungkin tidak sedikit orang. Namun bagaimana kalau kita dengarkan saja dari narasumbernya. Nah, siapa lagi beliau kalau bukan Enggartiasto Lukita, Menteri Perdagangan RI yang sekarang.

Menurutnya, ada 2 faktor utama yang menyebabkan mengapa produksi garam di negara ini belum mampu untuk memenuhi kebutuhan berskala nasional sesampai Indonesia harus mengimpor garam.

Pertama, menurut sang Menteri adalah cuaca atau iklim di negara kita kurang mendukung untuk memproduksi garam. Negara kita (pulau Jawa) dalam kurun setahun ada empat sampai lima bulan hujan.

Situasi iklim seperti ini sangat berbeda dengan di negara lain, seumpama wilayah Darwin di Australia yang hujan hanya satu bulan dalam setahun.

Faktor yang kedua adalah kualitas dari air laut atau disebut juga kemurnian daripada air laut yang akan dijadikan bahan baku utama guna produksi garam.

Daerah yang banyak mengandung garam, seperti Cirebon umpamanya, hasil garamnya tidak maksimal dari segi kualitas karena air lautnya kotor dan sudah banyak tercemar.

"Tidak mungkin memproduksi garam yang berkualitas, air lautnya saja cokelat" ujar Enggartiasto.

Sehingga menurut pria berusia 66 tahun ini, garis pantai panjang tidak bisa dijadikan patokan Indonesia menjadi produsen garam terbesar di dunia.

Katanya, wilayah pertambakan garam tidak ditentukan oleh panjangnya garis pantai, harus dilihat dari segi iklim. Mungkinkah areal tersebut bisa menjadi sentra?

Itu bukan berarti kita akan terus mengimpor garam. Salah satu caranya adalah meningkatkan produksi secara nasional, dengan menetapkan tempat yang tepat untuk dijadikan sentra.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline