Lihat ke Halaman Asli

Hati-hati Memberikan Stimulus Kepada Anak

Diperbarui: 4 September 2018   18:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bila belum 5 tahun ke atas anak Anda masih saja sulit bicara, jangan cepat-cepat menudingnya dengan speech delay. Namun, bisa bicara ketika baru berumur 2 tahun, otangtua juga kudu waspada.

"Walau saya cerewet, tapi anak saya kok, malah belum bisa ngomong. Teman-teman seusianya telah banyak yang "cas cus" keluh Susi tentang Rini, anak perempuannya yang sekarang telah berumur 3 tahun 1 bulan.

Wajar jika Susi keheranan dan cemas. Sebab, umumnya, kan like mother, like daughter - anak putri cenderung meniru kebiasaan ibunya. Apalagi, si anak juga sering diasuh oleh neneknya - yang juga cerewet - selama hitungan bulan ketika Susi sedang sibuk-sibuknya bekerja di kantor.

Agaknya Susi tidak akan bingung dan heran lagi, kalau mendengar apa yang diungkapkan oleh Nuran Abdat M.Psi., seorang psikolog dari Brawijaya Clinic Kemang.

Sebab, menurut Nuran, terdapat 3 hal yang mesti diperhatikan orangtua kalau anaknya tak dapat berbicara lancar di usia itu. Yaitu anak tak paham bahasa verbal yang disampaikan, anak tak paham bahasa reseptif, dan anak tak bisa merespon komunikasi dua arah.

Namun, kata psikolog ini lagi, pada kasus Rini tersebut bukan tiga hal tadi yang menjadi penyebabnya. Justru sikap ibunyalah yang cerewet yang menjadi penyebabnya. Alih-alih mau menstimulir, si kecil malahan menjadi tak memiliki kesempatan untuk ngomong.

"Ketika komunikasi dengan buah hati, orangtua kerap cuma memberikan perintah atau memaksa keinginan serta pandangan mereka sendiri, dengan tidak memberikan kesempatan si kecil untuk melemparkan umpan balik. Dengan demikian stimulasi menjadi tidak optimal sebab si kecil tak pernah diberi waktu untuk berekspresi dan cuma jadi pendengar yang pasif," ungkapnya.

Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk membuka ruang berkomunikasi dua arah dengan cara mendengar ketika si buah hati bercerita atau mengeluarkan pendapatnya.

"Orangtua sebaiknya selalu mendengar apa yang si kecil ucapkan. Si kecil memerlukan orang yang bisa mengoreksi kesalahannya. Jangan sampai anak putus asa untuk berbicara. Sesudah selesai, barulah kemudian diberi arahan yang tepat jika ada ucapannya yang salah," saran Nuran.

Cara orangtua berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak memegang peranan penting dalam mengasah kemampuan berbahasa dan berbicara anak. Namun sayang, banyak orangtua tak menyadari itu.

Tapi, orangtua yang diam atau malas untuk mengajak si kecil berbicara panjang lebar, ini juga berdampak yang kurang lebih sama pada si kecil. Orangtua cuma berucap satu atau dua patah kata dan jika si anak bertanya, jawaban yang diberikannya amat singkat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline