Lihat ke Halaman Asli

Apakah Negeri ini Akan Dititipkan kepada Generasi Tikus?

Diperbarui: 28 Juli 2018   09:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

rantauberkarya.wordpress.com

Apakah makna dari peribahasa yang sering kita dengar ini, tentu Anda yang cerdas sudah tahu artinya. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. 

Seorang anak yang berpikiran polos biasanya akan lebih mudah untuk menggugu keadaan di sekitarnya, juga orang-orang terdekatnya.

Mari kita sejenak membalik ke masa kecil semasa kita tumbuh dan membesar. Pada saat itu apapun yang dilakukan orang-orang terdekat di sekeliling kita akan dengan mudah terekam dalam memori kita.

Sebuah komputer yang baru akan akan lebih mudah dimuati berbagai memori, dibanding komputer yang lama yang memang sudah overload

Komputer lama diibaratkan orang tua yang sudah banyak makan asam garam kehidupan yang mana memorinya sudah dipenuhi segala macam kenangan sehingga apa itu benar dan apa itu salah hanyalah sebuah putaran dalam memori, tidak ada lagi brain wash. Sedangkan anak kecil ibarat komputer yang baru yang memorinya masih kosong sehingga mudah untuk dimuati segala macam kejadian di sekelilingnya dengan mendalam. Masalahnya sekarang adalah memori mana yang akan tersimpan di komputer baru itu, memori yang baik atau yang buruk?

Itulah penyebab mengapa budaya korupsi di negeri kita sangat sulit diberantas.

Bagaimana bisa diberantas apabila setiap hari anak-anak dipertontonkan perilaku buruk tersebut yang dilihat anak-anak, baik melalui tayangan media maupun kehidupan nyata sehari-hari.

Korupsi yang dipertontonkan orang tua, maka korupsi jugalah yang ada dalam benak anak-anak. Dalam pikiran anak kecil apa yang dilakukan orang tua adalah benar, tanpa melihat norma yang beredar di masyarakat.

Bagaimana orang tua akan melarang anak-anak untuk tidak berperilaku korupsi, kalau orang tua sendiri berperilaku demikian. Anak akan tumbuh di lingkungan para koruptor negeri ini yang menjadi nomor wahid di Asia.

Adalah KPK yang kasihan, KPK dibentuk dengan anggaran negara hanya menghabiskan dana tanpa menyentuh masalah yang krusial. Seluruh lapisan masyarakat harus diajak ikut memikirkan bagaimana memikirkan negara yang bersih di masa depan. Apakah generasi muda akan  tetap bangga sebagai juara nomor wahid di Asia? Harus ditanamkan budaya malu dan tekad yang kuat untuk merubahnya.

Dulu pernah ada yang mengatakan kalau korupsi di Indonesia tak mungkin diberantas, kecuali seluruh generasi muda dan tua berusia 10-30 tahun musnah. Sepintas memang kejam, namun di balik itu tersimpan kebijakan agar orang tua jangan mempertontonkan korupsi kepada anak-anak, atau anak-anak tersebut akan tumbuh menjadi generasi penerus koruptor-koruptor  yang sekarang ini?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline