Lihat ke Halaman Asli

Penurunan Penduduk Miskin Melambat karena Kenaikan Harga Pangan

Diperbarui: 18 Juli 2018   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: tempo.co

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2018 mencapai 25,95 juta orang atau 9,82 persen dari jumlah penduduk. Angka kemiskinan ini berkurang 1,82 juta orang dibandingkan Maret 2017. Pada Maret 2017 jumlah penduduk miskin 27,77 juta orang atau 10,64 persen dari jumlah penduduk.

Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (16/7/2018), menyampaikan, pada periode September 2017 hingga Maret 2018, harga beras naik 8,57 persen. Hal tersebut menyebabkan garis kemiskinan naik 3,63 persen, dari Rp 387.160 per kapita per bulan pada September 2017 menjadi Rp 401.220 per kapita per bulan pada Maret 2018.

Untuk rumah tangga yang berada di 40 persen lapisan terbawah, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan meningkat signifikan, yaitu 3,06 persen.

Penurunan angka kemiskinan akan terjadi bila pemerintah mampu menyediakan dan menstabilkan harga pangan strategis serta meningkatkan kinerja ekspor.

Selain beras yang harus diupayakan agar stabil, harga pangan lain seperti daging sapi, gula, ayam dan cabai perlu diupayakan ketersediaannya dan menstabilkan harga pangan pokok tersebut yang akan berdampak pada rendahnya inflasi.

Inflasi merupakan faktor yang signifikan terhadap angka kemiskinan. Ini menyangkut kemampuan daya beli masyarakat untuk mendapatkan pangan serta kebutuhan lainnya.

Penyebab kemiskinan

Penting diketahui penyebab dari kemiskinan yang pada umumnya adalah sebagai berikut:

  1. Laju pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk di Indonesia terus meningkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang harus ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
  2. Angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan pengangguran. Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagai tenaga kerja ialah penduduk yang berusia di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda di setiap negara yang satu dengan yang lain.
    Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimal. Jadi setiap orang atau semua penduduk kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup merata.
    Pendapatan penduduk yang diperoleh dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan relatif tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, sedangkan ada sebagian penduduk di Indonesia memiliki pendapatan yang berlebih.
  3. Tingkat pendidikan yang rendah. Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama industri, jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang memiliki skill atau paling tidak, dapat membaca dan menulis.
  4. Kurangnya perhatian dari pemerintah. Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin bisa menjadi salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.
  5. Distribusi yang tidak merata. Secara makro, kemiskinan timbul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.

Nah, dengan diketahui penyebab-penyebab dari kemiskinan tersebut, maka semua pihak yang terkait di suatu negara, maka sedapat mungkin penyebabnya dihindari. Seperti upaya untuk menyembuhkan sesuatu penyakit, maka harus diketahui dulu sumber penyebabnya, barulah diupayakan obat serta terapi yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline