Lihat ke Halaman Asli

Banyak Perempuan yang Jadi Korban Revenge Porn Hingga Alami Trauma

Diperbarui: 19 Oktober 2023   15:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Banyak Perempuan Jadi Korban Revenge Porn Hingga Alami Trauma"

Berbagai kabar buruk muncul dilinimasa, disaksikan ribuan mata, setiap orang akan merespon peristiwa ini dengan berbagai cara, ada yang bahagia, ada yang terluka, dan ada yang sigap mencari gambar atau konten videonya untuk dijadikan bahan onani oleh sebagian oknum laki-laki. 

Kabar buruk akan memapar setiap mata pembaca mata dalam beberapa hari, namun korban dan orang tuanya memikul ingatan buruk ini sepanjang masa. Kehidupan mereka selalu dikelilingi awan hitam setiap kali berita serupa kembali muncul. Yang lebih buruk lagi, korban akan dikecam dengan berbagai hinaan karena dianggap bersalah tidak menjaga diri oleh sebagian golongan orangtua. Sedang pelakunya akan dianggap penunjuk jalan atau memberi peluang bagi orang-orang yang berniat ingin melakukan hal sedemikian rupa terhadap pelaku.

Sebenarnya dalil dan niat apa yang ada dalam isi kepala pelakunya? Dendam? Seamatiran itukah?Seburuk itukah masyarakat yang antusias menyebarkan? Saya yakin semua yang punya kuasa hari ini tidak siap akan responsible dan mereka yang hadir nantinya karena terbukti turut melakukan Revenge Porn, akan membela diri dengan dalil pembenaran.

Dosa semacam ini selalu dirawat dan diternak oleh media. Hingga pada saat musim panen tiba orang lain yang mendapat rejeki dan sedangkan keluarga korban kembali dibuat remuk hati dan pikirannya. 

Setiap kali menemukan perkara semacam ini saya selalu berpikir, pelaku akan dipenjara tapi korban akan memikul ingatan buruknya sepanjang usia. Sebab dalam kasus Revenge Porn, hukum selalu tertuju pada pelaku dan abai terhadap pemulihan korban. 

Fitrahnya manusia itu dilahirkan untuk berbuat baik. Dalam poros waktu kalau kita temukan manusia yang masih berbuat baik dengan berdamai memeluk kebencian, berarti hanya ada dua hal yang menjadi kemungkinan:

1. Dasar pengetahuan dan ilmu yang diyakininya adalah keliru. Karena kalau basis dan pengetahuan ilmunya benar, pasti menuntut menuju kebijaksanaan. 

2. Tidak bisa menjalani hidup positif, karena tidak punya cinta yang besar di dadanya sehingga selalu menafikan kebenaran palsu yang di Tuhankan sampai pada tahap merawat dendam adalah menu makan utama dalam hidup. 

Jadi, kesimpulannya adalah isi kepala dan muatan gizi didalamnya sangat menentukan bagaimana manusia bersikap.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline