Di era informasi digital saat ini, komunikasi publik merupakan landasan terpenting bagi para
pemimpin untuk menyampaikan pesan mereka, mempengaruhi opini publik, dan
mempertahankan kekuasaan. Ketika hubungan kekuasaan antara politik dan media menjadi
lebih kompleks, analisis wacana kritis telah terbukti menjadi alat penting untuk memahami
hubungan antara bahasa dan kekuasaan dalam konteks komunikasi publik. Analisis wacana
kritis menunjukkan bahwa bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga instrumen
kekuasaan yang dapat membentuk realitas sosial dan memperkuat atau melemahkan struktur
kekuasaan yang ada. Dalam konteks ini, analisis wacana kritis mengajukan pertanyaan
penting tentang siapa yang mengendalikan bahasa dan bagaimana bahasa digunakan untuk
mempertahankan atau melawan kekuasaan. Salah satu titik fokus analisis wacana kritis
adalah komunikasi publik Abad XXI. Sebagai pionir di era digital, Abad XXI memanfaatkan
beragam platform komunikasi, mulai dari alamat jalan hingga media sosial dan konferensi
pers, untuk menyampaikan pesan politiknya kepada publik.
Dalam konteks ini, analisis wacana kritis bertujuan untuk mengungkap beberapa aspek
penting:
1. Konstruksi Identitas: Bahasa digunakan untuk membangun citra diri Abad XXI
sebagai pemimpin yang otoritatif, bijaksana, atau bahkan sebagai sosok yang dekat
dengan rakyat. Analisis wacana kritis akan meneliti bagaimana konstruksi identitas ini
dipengaruhi oleh konteks politik dan kepentingan kekuasaan.
2. Polarisasi dan Hegemoni: Dalam komunikasi publik Abad XXI, bahasa juga
digunakan untuk memperkuat polarisasi politik atau membangun hegemoni atas
narasi-narasi tertentu. Analisis wacana kritis akan mengidentifikasi strategi retoris
yang digunakan untuk meneguhkan dominasi politik dan menekan oposisi.
3. Reproduksi Kekuasaan: Komunikasi publik Abad XXI juga merupakan arena
reproduksi kekuasaan, di mana bahasa digunakan untuk melestarikan struktur
kekuasaan yang ada. Analisis wacana kritis akan menyoroti bagaimana bahasa
digunakan untuk menormalkan hierarki sosial dan memperkuat status quo politik.
4. Resistensi dan Kontestasi: Meskipun demikian, komunikasi publik Abad XXI juga
dapat menjadi sasaran resistensi dan kontestasi. Analisis wacana kritis akan melacak
upaya-upaya untuk meruntuhkan narasi-narasi dominan, mengungkapkan
ketidaksetujuan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, atau membangun alternatif
narasi politik.
Oleh karena itu,dapat dikatakan analisis kritis terhadap wacana publik Abad XXI bukan
sekedar pembedahan teknik retorika atau struktur kebahasaan, namun juga upaya memahami
dinamika kompleks antara bahasa dan kekuasaan dalam konteks kancah politik kontemporer.
Dengan membedah bahasa, kita dapat melihat lebih jelas bagaimana kekuasaan direproduksi,
ditantang, dan digunakan untuk membentuk realitas sosial saat ini.
Referensi :
Arifin, Anwar, 2008, Opini Publik, Penerbit PustakaIndonesia, Jakarta.
Artha, Arwan Tuti, 2002, Bahasa dalam Wacana Demokrasi dan Pers, AK Group, Yogyakarta.
Amiduddin, dkk, 2002, Analisis Wacana, dari Linguistik sampai Dekonstruksi, Penerbit
Kanal, Yogayakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H