Keringat dingin, lutut bergetar, bibir kering. Efek yang aku rasakan pagi ini. Bagaimana tidak? Ini adalah hari pertama aku mengajar di kelas yang dipenuhi kepala-kepala liar. Mata-mata berbinar. Darah-darah muda. Tunggu aku juga masih muda lho. Tapi mereka lebih muda 9 tahun dariku. Cagur (calon guru) selama empat tahun. Hari ini aku resmi menjadi guru. Minus sertifikasi ya. Karena aku belum lama lulus dari salah satu kampus ternama. Tak perlulah kusebutkan nama kampus itu. Nanti disangka pamer pula. Tidak penting aku dari kampus mana, IPK berapa, atau berapa organisasi yang pernah diikuti selama ngampus. Tidak penting. Karena itu sama sekali tidak membantu mengatasi kegugupanku hari ini. First day. Ah sudahlah. Kepalang tanggung. Basah sekalian. Ini salah satu konsekuensi memilih profesi guru di hari pertama. Gugup pasti. Aku pikir semua orang pasti gugup menghadapi hari pertama di setiap pekerjaan atau dimanapun yang pertama kali.
Aku masih duduk di bangku ruang guru. Sementara di hadapanku ada beberapa guru senior yang sedang asyik bercakap-cakap sesama mereka. Pikirku bagaimana bisa mereka se santai itu? O ya mereka sudah berpengalaman pasti. Sudah bertahun bahkan ada yang puluhan tahun mengajar di sekolah ini. Tapi mereka tampak segar, semangat, mengalahkan kerutan-kerutan di wajah mereka yang tidak muda lagi. Tapi masih ada semangat menyala dilihat dari sorot matanya. "Pak Rudi!" Pak Imran namanya, tiba-tiba memanggil namaku. "Bapak masuk jam pertama di kelas XI-3 ya", jangan lupa" jadwal sudah ada di papan informasi." selamat mengajar". Pak Imran senyum dihadapanku. Seperti ada yang dia katakan tanpa bicara."selamat berjuang di kelas". Suara yang hanya ada di kepalaku saat ini.
"Baik pak, siap, doakan saya ya!". "Pasti ayo kita masuk semua ke kelas Bapak Ibu". semua guru keluar ruangan dan menuju kelas masing-masing. Yang aku rasakan seperti tentara yang memasuki medan perang. Ah imajinasiku begitu tak terkendali. Untung tidak ada yang memperhatikanku karena aku sengaja keluar kantor belakangan. Mungkin tampangku seperti Walter Mitty ketika sedang berkhayal. Tapi masih di dalam kesadaran. Aku mulai jalan keluar kantor dan menuju kelas XI-3. kelas demi kelas kulewati. Ada yang masih terbuka pintunya, ada yang tertutup. Dan kelas tujuanku pintunya tertutup. Suara riuh rendah terdengar dari luar. Aku membuka pintu setelah kenop diputar, dan....
Seluruh kelas seketika hening dan setengah berbisik-bisik anak-anak murid di hadapanku. Ada 30 kepala semua tertuju padaku. " Selamat pagi semuanya!" tiba-tiba aku terbawa pada masa-masa micro teaching. Yes! Aku anggap sedang latihan micro teaching. Bedanya ini murid sungguhan. Bukan murid abal-abal seperti saat di kampus semuanya teman kelas. Kali ini berbeda. Saat itu teman-teman kelas hanya berpura-pura menjadi murid. Sementara ini, real! Semua tingkah laku, gerak gerik mereka nyata. Tidak dibuat-buat.
"Baik sebelumnya saya akan memperkenalkan diri ya". Serempak murid-murid menjawab koor "ya pak!". "Oke nama saya, Rudi Febrianto". Aku menulis namaku di papan tulis dengan huruf kapital. "Ya ini nama saya, kalian boleh panggil saya Pak Rudi. "kalau ada panggilan lain, boleh tapi secara privat ya". Aku mencoba melucu, tapi sambutannya biasa saja. Hanya ada beberapa murid yang senyum-senyum mencurigakan. Oke tidak berhasil joke pertama. Karena terlalu sering melihat komedi. "Saya lahir di Bandung, 22 tahun yang lalu". "Ya hitung sendiri ya tahun berapa?. Aku mulai memancing murid untuk sedikit berpikir dan berhitung. Padahal aku bukan guru matematika. "Wah Bapak kelahiran tahun 2000 ya". "Betul". "Siapa namamu? Aku menunjuk pada murid yang barusan jawab. "Hagi pak, salam kenal ya". Sambil meringis. Kawan-kawannya menyorakinya "Wooo sok akrab!". " Apa sih? Sibuk banget?". Hagi melawan. Murid-murid mulai mereda, kemudian aku melanjutkan perkenalan, nampaknya kegugupan ku mulai berkurang, jadi lebih santai.
"Oke teman-teman, ya kalian saya anggap teman ya, biarin dianggap sok akrab".
"Jadi saya mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial menggantikan Pak Solah yang sudah pensiun". Saya harap kalian bisa menerima saya sebagai guru yang baru juga mengajar".
"Karena ini pertemuan pertama kita, kalian boleh bertanya bebas, kalau saya bisa jawab, saya jawab."
"Kalau saya tidak mau jawab jangan marah ya." Hehe, Ngga becanda kok."
Anak-anak berbisik-bisik keramaian yang redup. Bingung apa yang mau mereka tanyakan. Tiba-tiba... salah satu murid, perempuan menunjuk asbes. "Pak izin bertanya!" sekejap suasana hening. Semua perhatian kepada siswi mungil berponi se alis rata mirip Dora the explorer cuma bukan latino.