Lihat ke Halaman Asli

Ashri Riswandi Djamil

Belajar, belajar, dan belajar

Guru atau Afiliator

Diperbarui: 13 Maret 2022   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

Gambaran kualitas pendidikan di Negeri ini. Dapat dilihat dari bagaimana guru-gurunya diperlakukan. Bahkan banyak yang bertahan menjadi guru walaupun gaji kecil, itupun keluar tiap beberapa bulan sekali. Guru honorer atau guru swasta. Sama saja keluhannya. Tapi mereka tetap rajin mengajar, mendidik. 

Meskipun tidak seindah julukan guru: "Pahlawan tanpa tanda jasa". Berapa banyak sih guru di Negeri ini? Apakah anggaran untuk guru tidak ada atau kurang? Tunjangan guru non PNS pun kurang. 

Belum lagi guru-guru swasta yang tergantung dari banyaknya murid di sekolahnya. Dana bos yang tidak transparan di masing-masing sekolah. Sehingga tidak sedikit guru-guru yang bertanya-tanya dalam hati. Tidak sampai hati disampaikan ke pimpinan. Mungkin kuatir dipecat atau dipandang lain setelahnya.

Narasi yang dibentuk untuk para guru : "Nanti di bayar pakai pahala" selalu jadi andalan. Giliran guru protes, malah di bilang "Guru harus memberi contoh yang baik". Kalau soal ikhlas tidak perlu ditanyakan lagi lah. Mereka bukan guru yang baru mengajar setahun dua tahun. Belasan sampai puluhan tahun bahkan. Nanti pas SDM kita kalah saing, baru deh bingung. Padahal semua berawal dari pendidikan. Sekolah dan segala isinya.

Pemandangan yang miris ketika kita melihat murid-muridnya rata-rata bermobil. Sementara gurunya bergaji kecil. Bahkan malu untuk meminta sedikit kenaikan. 

Padahal ber hak? Padahal sudah mengajar di atas lima tahun. Namun tetap bertahan. Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan selain mengajar. Sudah masuk terlalu dalam. Sulit untuk beralih profesi. Profesional yang gajinya kurang profesional. Ini fakta bukan mengada-ada. Bahkan dari zaman dahulu sudah begini. Buktinya ada lagu Oemar Bakrie nya Iwan Fals kurang nyata apalagi?

Apa guru jadi afiliator aja ya? Bisa jadi ini pilihan agar tetap bisa mengajar. Tapi tidak mungkin untuk saat ini. Karena kasus yang sedang ramai dan heboh. 

Menunjukkan bahwa, baca buku tidak penting, sekolah tidak penting, guru tidak penting. Yang penting cuan, cuan, cuannn! Kalaulah guru-guru honorer ini banyak yang keluar atau beralih profesi. Maka siapa yang mau jadi guru. Bahkan lulusan pendidikan saja banyak bahkan mayoritas tidak menjadi guru setelah lulus. Karena kurang prospeknya. Cuannya kurang. Kecuali guru PNS.  

Seorang founder Zenius sebuah platform edukasi pernah bilang bahwa harusnya lulusan terbaik itu menjadi guru. Sayangnya tidak seperti itu. Sarjana Pendidikan yang enggan menjadi guru. Lantas mengapa mengambil program studi itu dari awal? Karena awalnya mereka begitu optimis, namun lama-lama kok nasib guru belum berubah ya sampai mereka lulus. 

Banyak yang mendaftar menjadi guru PNS namun penerimaan pendaftaran tidak dibuka setiap tahun sehingga kuota tidak mencukupi pula. Sudahlah mungkin suatu saat nanti ketika nasib guru jadi lebih baik, maka para sarjana pendidikan itu mungkin akan menjadi guru, mau menjadi guru. Kapan itu terjadi? Entah kapan. Panjang umur guru Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline