Nama yang aneh. Dengan berani menulis dan di posting di media social atau go online, maka segala resiko harus diterima oleh si uploader tersebut. Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Jejak digital akan selalu ada jika kita melakukan dengan atau tidak tanggung jawab. Resiko dunia maya. Ternyata tidak se maya itu. Paham? Begini ya memang medianya maya, tidak bisa di sentuh secara fisik, tapi memiliki pengaruh besar. Di baca banyak orang. Di lihat , di amati, bahkan direkam atau di tangkap layar.
Apapun yang kita posting di luar sana. Internet adalah dunia bebas. A free world. Wild world. Liar cenderung bebas, hedon, dan lain sebagainya. tinggal sebut. Apa aja ada di sana. Dunia tanpa hukum. Walaupun ada undang-undang ITE itu pun jika dilaporkan. Tetap saja hukum ya hukum di Indonesia tercinta ini belum sepenuhnya adil. Namanya juga ciptaan manusia.
Ngomongin tentang dunia per tulisan di internet, ya saya harus mempersempit topik. Menulis di online. Baik itu status di sosmed, caption foto yang menarik di Instagram, copy writing yang memiliki ilmu khusus. Artinya harus dipelajari karena merupakan skill penting dalam marketing dan branding. Blogging yang berkembang menjadi vlog atau video blog. Yang sebenarnya untuk para narsis yang pede di depan kamera. Saya pribadi belum pede untuk nge vlog karena sangat bukan gue banget.
Blog adalah yang cocok bagi saya. Selera pribadi. Walaupun begitu, blogging masih banyak dilakukan dan masih relevan. Setidaknya bagi saya pribadi, menulis itu, terlepas dari apa yang ditulis adalah hal yang keren, terlihat smart, intelektual, scholar look, halah ini hanya istilah sendiri aja.
Pokoknya intinya menulis itu mengandung unsur ilmiah dan cerdas. Menurut saya. Nyatanya dari pengamatan sempit saya, blogger tidak lebih banyak daripada reader atau pembaca. Setuju? Sama seperti misalnya jumlah karya tulis ( buku ) tidak sebanyak pembacanya. Saya belum menemukan atau mungkin datanya ada. Perbandingan antara buku dan pembacanya persentasenya berapa. Pasti ada datanya di luar sana. Saya akan cari tau nanti.
Pembaca lebih banyak dari blogger saya rasa kita semua setuju. Karena tidak semua orang suka menulis, penulis harus banyak baca. Untuk menulis itu kita harus banyak membaca. Karena menulis itu intinya adalah bagian dari mengingat apa yang pernah kita baca. Kalimat bijaknya : ikatlah ilmu dengan menulisnya. Bahkan seorang penulis ternama pun tidak bisa mengingat apa isi bukunya. Untuk itulah dia menulis agar ketika lupa, ada dokumentasinya. Sejatinya buku itu tidak semata untuk dijual. Tapi ada nilai yang berharga di dalamnya. Panjang ceritanya kalau bahas tentang tujuan adanya karya tulis.
Perlu riset mendalam jika menulis karya tulis ilmiah. Dan ini hal yang harus dipersiapkan segala sesuatunya. Salah satunya referensi yang lengkap dan valid. Saat ini kita bisa memanfaatkan google books. Disana kita bisa mendapatkan berbagai referensi buku. Awalnya saya pikir google books itu tempat download buku. Ternyata hanya bisa kit abaca. Dan itupun tidak semua isi buku. Bahkan untuk menulis karya fiksi saja butuh riset. Kebayang novelnya Dan Brown yang best seller sekaligus kontroversi itu kan. The Da Vinci Code. Butuh riset bertahun-tahun. Bahkan sampai harus mengunjungi situs-situs kuno peninggalan zaman pertengahan dulu. Detail sekali. Walaupun tidak semua isi novel itu fiksi. Tapi lokasi situs berdasarkan aslinya. Ada fakta disitu.
New Genre?
Maka saya mencoba sedikit menjelaskan. Kalaupun nantinya ini mendapat kritik apapun itu. Saya harus siap menerima. Harus legowo menerima apapun masukan. Sukur-sukur saran yang membantu. Untuk meningkatkan kemampuan menulis saya. Saya sadar belum apa-apa. Seujung kuku pun tidak sampai. Menulis itu salah satunya factor latihan. Bukan bakat, memang ada beberapa yang berbakat. Tetap dengan kerja keras. Latihan. Salah satunya dan ini yang paling baik. Adalah menulis setiap hari. Lupakan segala teori tentang menulis yang baik dan benar. Semua itu nanti aka nada waktunya. Dengan sendirinya akan indah pada saatnya. Asik ! saya baru saja posting tulisan di blogger saya. Belum tau responnya. Agak gugup sih. Semoga ada yang baca.
Genre atau aliran atau klasifikasi sebuah karya. Apapun bentuknya. Seni, menulis. Bahkan menulis itu juga bisa masuk dalam seni. Seperti puisi, sajak, roman. Semua itu mengandung seni. Nah, begitu juga dalam sebuah karya tulis. Ada karya tulis Ilmiah, ada essay, ada karya fiksi. Ada fiksi yang pendek. Dikenal dengan cerita pendek , fiksi yang panjang yaitu novel. Fiksi juga bisa terbagi lagi jenisnya. Ada novel yang berdasarkan sejarah. Genre horror, drama percintaan. Cerita dewasa. Cerita dewasa ini tidak melulu isinya tentang seksualitas. Tapi alur ceritanya juga yang kompleks. Fiksi ilmiah. Fiksi crime atau kejahatan. Cerita detektif yang sangat terkenal karangan Conan Doyle Sherlock Holmes. Dan banyak lagi genre fiksi dan tulisan lainnya. Tinggal pergi ke gramedia atau took buku TGA. Terpampang jelas genre buku-buku disana.
Entah dari mana datangnya ide itu. Sepertinya menulis fiksi realita seru juga. Apa? Fiksi realita? Sudah kayak reality show yang ngga reality-reality amat sih. Maksudnya realita fiksi disini adalah cerita fiksi, ya memang cerita karangan, tapi setting latar nya adalah realita saat ini. Simpelnya ya, sekarang saya sedang menulis cerita yang mana timeline nya ya tahun saat ini : 2020 Masehi. Perlu diperjelas lagi. Masanya sedang pandemi corona virus disease 19 aka. Covid-19. Dunia kacau balau. Ekonomi runtuh hanya dalam tiga bulan. Anak-anak tidak lagi sekolah karena merasa sudah pintar. Maka sekolah pun tutup. Um.. bukan, maksudnya untuk pencegahan wabah lebih lanjut maka pemerintah pusat maupun daerah menutup semua lembaga pendidikan formal dan non formal. Menjadi pembelajaran jarak jauh PJJ. Kuliah jarak jauh KJJ. Bekerja dari rumah alias Work from home WFH singkatannya. Happy WFH semuanya!