Apa hanya saya calon ayah yang kuatir akan perkembangan anak nantinya? normalkah? Muncul banyak pikiran ketika istri mulai mengandung. Banyak hal yang akhirnya membuat saya untuk memikirkan ini. Saya akan menjadi seorang ayah dari bayi milenial. Artinya dia akan hadir di dunia ini yang penuh dengan tantangan yang berbeda.
Perkembangan zaman yang begitu cepat. Mungkin dia tidak akan mengalami masa-masa bahagia ayahnya dulu sebelum hadirnya gadget, internet, dan segala kemudahan seperti saat ini. Saat dimana dulu kami bermain dengan teman-teman di lapangan bermain. Atau main ke rumah teman.
Paling canggih di masa dulu itu tren video games. Masih 32 bit. Belum ada ponsel apalagi smartphone yang bahkan dulu hanya bisa disaksikan di serial Star Trek, itupun tampilannya masih sangat jauh dari saat ini. Hanya teknologi teleportasi saja mungkin yang belum tercipta.
Kekuatiran itu semakin lama semakin menjadi-jadi. Wajarkah? Saya kuatir anak saya nantinya tumbuh dengan dekapan internet, gadget, games yang bahkan memiliki batas usia. Padahal hanya games permainan digital ada peruntukannya. Permainan yang sesuai umur.
Yang saat ini sedang hangat dibicarakan. Bahkan untuk mainan saja kita harus teliti memberikan kepada anak kita. Saya kuatir anak nanti mudah sakit akibat kurang gerak akibat berdiam diri terpaku pada layar laptop atau smartphone, atau tablet.
Kuatir melihat tayangan di televisi yang tidak mendidik. Mengkultuskan super hero rekayasa. Kuatir tidak suka membaca buku. Lebih memilih menonton video. Walaupun menonton itu tidak sepenuhnya buruk. Tergantung apa yang dia lihat.
Control orang tua dalam hal ini saya, harus lebih intensif tanpa membuat anak merasa dibatasi gerakannya. Mungkin cara pertama yang akan saya dan istri lakukan adalah tidak memperlihatkan gadget di depan anak saat usia nol bulan sampai dia sekolah. Sulit mungkin ya tapi ini demi tumbuh kembang anak yang sehat dan kondusif.
Digital Parenting, ternyata ada istilah baru dan menarik. Ini yang saya butuhkan. Bagaimana mendidik anak di dunia serba digital ini. Dengan tidak mengabaikan bahwa keberadaan dunia digital ini tidak bisa tidak dihadapi. Tantangan semakin besar. Dan tidak bisa disamakan zaman saya kecil dulu. Beda problemnya.
Mungkin cara paling bijak pertama adalah bahwa orang tua zaman now ini harus menerima dulu bahwa teknologi informasi memang sudah zamannya saat ini. Bukan melarang anak untuk menggunakannya. Tapi bagaimana kita bisa mengatur bagaimana cara penggunaannya secara benar.
Dan itu semua harus dimulai dari saya sebagai orang tua. Bagaimana memperlakukan gadget itu tidak lebih sebagai alat komunikasi. Tidak ketergantungan.
Minimal tidak terlihat ketergantungan gadget di depan anak kita. Menjadi orang tua di era teknologi informasi ini harus smart and wise. Jadi orangtua tidak boleh malas membaca dan mencari ilmu dari manapun.