Lihat ke Halaman Asli

Hidup Baru Di Tahun 2014 Harus Tanpa Golkar

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya bukan paranormal apalagi dukun.Saya hanya orang biasa yang tidak pernah bercita cita jadi paranormal apalagi dukun.

Paling tidak, saya tahu, jika langit mendung belum tentu turun hujan. Tapi, tanpa ragu saya bisa memprediksikan arus lalu lintas di Jakarta, baik mendung maupun hujan, cenderung macet. Siang tengah hari bolong saja, Jakarta, bisa saya prediksikan macet. Padahal saya bukan paranormal apalagi dukun.

Tapi, saya bahkan lebih berani dari paranormal dan dukun untuk mengatakan bahwa tahun 2014 adalah "tahun tanpa titik balik" bagi Indonesia. Mau hancur ya di tahun 2014 itu. Mau bangkit kembali ya di tahun 2014 itu juga. Tidak ada pilihan lain, hanya 2 opsi: hancur atau bangkit kembali.

Indonesia hancur, itu pasti, karena sudah terlihat gejalanya selama 10 tahun terakhir ini:

- Selama 10 tahun terkahir ini, khususnya, pemerintah tidak berani tegas terhadap ormas ormas yang tidak perlu saya sebutkan. Azas, visi, misi ormas ormas yang tercatat resmi di Kemendagri, secara jelas ingin menghancurkan kepluralan Indonesia. Mereka tega melakukan "pengkhianatan" terhadap UUD 1945, yang sudah diamandemen sekalipun, Pancasila dan Bhinekka Tunggal Ika.

Pihak berwenang takut untuk bersikap tegas terhadap ormas ormas serupa ini. Ormas ormas ini merasa berhak terang terangan menghujat demokrasi Indonesia. Mereka giat menghancurkan semangat toleransi, sistem masyarakat yang plural di republik ini.

Kelakuan ormas ormas ini tidak beda dengan kelakuan para imperialis penjajah. Mereka merangsek masuk menguasai "budaya" dan seringkali "senjata" mereka adalah "agama".

- Parpol dan elite politik yang merendahkan perempuan. Selama 10 tahun terkahir ini, terbilang parpol dan para elitenya punya agenda secara langsung dan tidak langsung bertujuan untuk mengembalikan derajad perempuan Indonesia hanya layak untuk dikawini tanpa punya hak atas dirinya sendiri bahkan terhadap suaminya.

Parpol dan para elitenya menggunakan issue perempuan berdasarkan kepentingannya. Dicarilah ayat ayat penunjang yang jelas ingin mendudukan perempuan sebagai sub ordinat laki laki. Lebih celaka lagi, perempuan hanya dijadikan untuk pemuas nafsu kekuasaan sekaligus syahwat mereka. Menjijikan!!!

- Media. Dalam segala bentuk media: media mainstream, media onlines dan social media. Seperti situs porno yang susah dicegah, situs situs onlines bertebaran yang berisi informasi yang menyesatkan bermunculan seperti ojek payung di tengah hujan. Media mainstream partisan bahkan tidak kunjung berubah memanfaatkan ingatan pendek rakyat, memanipulasi sejarah dan menjadi ajang kampanye yang buruk.

Pemerintah, selama 10 tahun terakhir ini, seolah budek dan picek. Berdekade sebelum memasuki abad 21 para futurolog sudah memberikan antisipasi, era informasi tidak akan bisa dielakkan lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline