Lihat ke Halaman Asli

Bersahut-sahutan dengan Fitri Sulastri

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang jelas kami bukan sepasang burung kenari yang bersahutsahutan. Biarlah saya tetap menjadi rajawali.

Saya bau kenal Fitri.

Sayadan Fitri, jelas juga bukan bersahutsahutan seperti Ruhut Sitompul dan Boni Hargens. Jauhlah itu. Yang jelas kami tidak sekelas Ruhut ataupun Boni. Jelas tidak sekelas. Yang pasti saya bukan anggota DPR yang punya privilege bekoar seperti Ruhut. Dan, apalagi saya bukan pengamat politik dari universitas negeri ternama seperti Boni Hargens. Entahlah dengan Fitri, apakah dia makhluk jadi jadian, atau makhluk secantik fotonya.

Bersahutsahutannya saya dengan Fitri menjadi menarik perhatian saya. Jelasnya, Fitri menarik perhatian saya. Lagi lagi karena melihat wajahnya yang menawan. Maksudnya fotonya. Entah fotonya atau di download darimana.

Dia modis, dia berhijab. Hijabnya warna keemasan, dan matanya indah dalam sapuan eye shadow yang tepat.

Saya tertarik dengan hijab Fitri.

Saya tahu ada dua penggemar hijab, izinkan saya mengatakan penggemar. Memakai hijab karena takut neraka, ya itu kata lain menuruti perintah agama. Dan hijab, sebagai hidayah dan fashion.

Saya punya dua nenek. Jika ada yang punya lebih dari dua nenek ya itu rejekinya. Tapi saya punya dua nenek, dari ayah dan dari ibu. Kedua nenek saya sampai tua memakai sarung dan kebaya. Pada zaman sekarang saja tidak ada nenek pakai rok mini, apalagi zaman nenek nenek saya. Mereka bersarung dan berkebaya.

Saya bukan orang Jawa. Lahir dan besar di Jakarta. Tidak pernah pulang kampung.

Sebagai anak bungsu dari keluarga besar, tidak heran saya lahir nenek saya sudah kelihatan sangat nenek nenek. Karena nenek saya pasti kawin muda dan anaknya memang banyak. Setahu saya, dan ini pasti saya juga hanya punya dua kakek, dari pihak ayah dan ibu. Tidak pernah terdengar kakek kakek saya menyimpan nenek nenek secara gelap selain nenek yang saya kenal.

Saya sempat bertemu dengan nenek saya dari pihak ayah, tapi saya tidak pernah bertemu dengan nenek dari pihak ibu. Tapi nenek saya dari pihak ibu, dari fotonya, berkebaya dan bersarung motif Pekalongan, dengan rambut panjang yang disisr sederhana dikonde, di mata saya begitu cantik dalam kesederhanaannya. Begitu juga nenek dari pihak ayah yang mencapai umur lebih dari 90 tahun dan sehat hingga saatnya tiba.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline