Tidak dimungkiri kesehatan menjadi target utama. Badan yang sehat lagi kuat mampu membuat kita menjadi lebih baik. Tidak mengherankan apabila semua orang berjuang untuk sehat, agar dengannya supaya mampu bertahan hidup.
Pernah suatu ketika saya menulis di salah satu media, menulis seputar kesehatan. Pada saat yang sama, saat menulis bertepatan dengan masih maraknya pandemi COVID-19.
Tentunya, menulis seputar kesehatan saat itu adalah rubrik yang kontekstual. Terlepas tulisan saya diterbitkan oleh redaksi karena itu, wallahu a'lam.
Perlu diketahui, sambil lalu saya menjawab pertanyaan yang bertanya seputar hal ini, etika menulis yang baik tersebut adalah konsentrasi dan kepekaan yang tinggi membaca situasi.
Penulis yang baik, tentu tulisannya berbobot. Bukan karena ia seringkali menulis, tetapi karena ia tahu bahwa tulisannya tersebut, meskipun ia sadar bahwa tulisannya bagus, namun ia sadar bahwa tulisannya akan menjadi solusi untuk pembacanya.
Saya menulis seputar kesehatan karena kita tahu, dari kebiasaannya keseharian masih banyak yang kurang sehat. Suka iri padahal sudah tahu ia berpendidikan. Suka marah-marah, padahal ia tahu ketika ia sedang marah mukanya bertuliskan merah.
Sebuah simbolik, bahwa marah seperti api yang panas yang selalu hendak ingin membakar lawannya.
Pesan halalbihalal sejatinya mengajarkan arti penting sebuah persatuan. Nabi bersabda, yang artinya: "Sesungguhnya rahmat Allah tidak akan turun kepada suatu kaum yang di dalamnya ada orang yang memutuskan silaturahim". (HR. Bukhari).
Pesan halalbihalal sejatinya mengajarkan arti penting sebuah persatuan. Nabi bersabda, yang artinya: "Sesungguhnya rahmat Allah tidak akan turun kepada suatu kaum yang di dalamnya ada orang yang memutuskan silaturahim". (HR. Bukhari).
Dengan bersilaturahmi setidaknya agar menjadi obat penenang untuk kita yang selalu dijangkiti penyakit hati sejenis gesekan hati dan suka marah-marah dan membenci temannya dan atau saudaranya sendiri.