Lihat ke Halaman Asli

Ashilah Putri Wahyudi

Mahasiswi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Eksistensi Gen Z: Membangun Jati Diri Modern

Diperbarui: 24 Desember 2024   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: https://pin.it/1DUpJRqhR

Pada era revolusi industri 5.0 perkembangan teknologi telah membawa  perubahan besar di seluruh aspek kehidupan baik dari bidang pendidikan, ekonomi, politik, dan sosial budaya. Kemajuan teknologi yang sangat pesat memberikan kemudahan dalam mengakses informasi secara tak terbatas. Kini hampir seluruh lapisan masyarakat dari usia muda hingga tua menggunakan smartphone sebagai media bertukar informasi, bahkan beberapa sekolah pun menerapkan kegiatan pembelajaran berbasis teknologi untuk mempermudah pemahaman masyarakat sesuai dengan arus globalisasi. Globalisasi merupakan bentuk fenomena sosial yang menghubungkan individu di seluruh dunia. Pengaruh globalisasi tidak hanya berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan, budaya, ekonomi, maupun politik namun juga sosial yang secara tidak langsung menjadi keseharian setiap manusia. Dunia sosial diilustrasikan sebagai cermin yang menampilkan nilai, budaya, dan karakter seseorang berdasarkan bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.

Setiap individu akan berlomba-lomba untuk menampilkan citra terbaiknya melalui berbagai media sosial yang tersedia. Media sosial kerap kali dimanfaatkan sebagai salah satu wadah berekspresi generasi muda terutama Generasi Z (Gen Z). Gen Z merupakan kelompok generasi yang lahir setelah Generasi Y (Millennials) yakni sekitar tahun 1997 hingga 2012. Generasi ini adalah generasi yang tumbuh dengan akses internet dan teknologi digital sejak dini sehingga tidak mengherankan apabila generasi dikenal sangat mahir dalam mengaplikasikan teknologi, baik untuk komunikasi, hiburan, belajar, serta bekerja. Generasi Z  umumnya terbiasa dengan media sosial, smartphone, dan aplikasi digital yang memungkinkan mereka untuk mengunggah aktivitas mereka untuk kebutuhan eksistensi diri. Penelusuran eksistensi diri sangat penting karena eksistensi diri digunakan untuk memaknai tujuan hidup melalui pengungkapan potensi diri terutama di media sosial. Semakin berkembangnya media sosial serta pengaruh influencer yang menjunjung arti personal branding. 

Sumber foto: https://pin.it/5YfbCR9ts

Angka pengguna media sosial Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya disebabkan peningkatan kepemilikan smartphone yang memungkinkan mereka untuk lebih mudah mengakses beragam aplikasi media sosial. Selain itu perluasan jaringan 4G bahkan 5G di Indonesia, mempermudah masyarakat mengakses media sosial dimanapun dan kapanpun. Media sosial menjadi salah satu sarana untuk mendapatkan informasi terkini, baik dalam bentuk berita, hiburan, maupun edukasi. Hal ini juga dipengaruhi oleh kecepatan distribusi informasi yang cenderung mudah dijangkau secara real time. Pengguna media sosial di Indonesia memanfaatkan media sosial untuk tetap terhubung dengan dunia luar, mengikuti tren, dan berpartisipasi dalam diskusi sosial. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh databoks.katadata.co.id. menyatakan pengguna media sosial di Indonesia mencapai 191 juta jiwa selama periode 2024. Angka ini mengalami kenaikan secara signifikan yakni sebanyak 14,37% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Secara umum, pengguna media sosial di Indonesia didominasi oleh rentang usia 18-34 tahun  yang sebagian besar termasuk ke dalam Generasi Z dengan persentase 54,1% dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 51,3% dan laki-laki yakni 48,7%. Aktivitas  dari pengguna media sosial ini berupa berbagi foto atau video, akses berkomunikasi, pencarian informasi, hiburan, serta kebutuhan belanja online (Panggabean, 2024).

Fitur berbagi foto atau video ini menjadi fitur favorit Generasi Z terutama ketika mengunggah kegiatan yang tengah dilakukan baik dalam dunia akademik serta pekerjaan. Media sosial adalah “panggung” untuk menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya kepada pengguna lain di aplikasi ini. Mereka akan menampilkan versi terbaik dari dirinya melalui serangkaian unggahan yang tidak hanya memuat ciri khas tetapi juga diharapkan mampu memberikan efek yang signifikan terhadap citra yang mereka ciptakan di dunia maya secara luas. Salah satu efek yang diharapkan oleh pengguna media sosial yaitu peningkatan jumlah like dan following setiap harinya (Situmorang & Hayati, 2023).

Jumlah like dan following dipandang layaknya tolak ukur eksistensi seseorang. Fenomena ini lahir akibat dari standar kepopularitasan yang diperkenalkan oleh beberapa selebriti terkenal, bahkan banyak orang berlomba-lomba menjadi influencer bukan untuk mengedukasi khalayak melainkan semata-mata hanya menggali kepopularitasan sebagai bentuk validasi diri. Hal-hal seperti inilah yang dikhawatirkan dapat merusak pola pikir yang tidak mampu mengaplikasikan media sosial dengan bijak, namun tidak sedikit pula Generasi Z yang memanfaatkan fitur media sosial sebagai alat realisasi diri untuk menampilkan prestasi, penerapan eksistensi diri, hingga menyebarkan dampak positif (Islami, 2018). Selain itu Generasi Z dapat melakukan pengembangan konsep diri dengan menginterpretasikan tanggapan orang lain. Jika mendapatkan tanggapan yang positif, mereka akan merasa tersanjung sedangkan jika mereka mendapatkan tanggapan yang negatif maka mereka akan menjadikan tanggapan tersebut sebagai bahan evaluasi diri ke arah yang lebih baik (Faizal, Naim, & Fauzi, 2022).

Penelusuran eksistensi diri dapat meningkatkan kepercayaan diri individu dalam mengunggah konten-konten yang bertujuan menyalurkan minat dan bakatnya dengan baik. Salah satu media sosial yang sering diaplikasikan untuk mewadahi potensi akademik atau nonakademik adalah TikTok. Menariknya Generasi Z akan mempromosikan foto atau video yang memperlihatkan keahliannya seperti bernyanyi, menari, atau olahraga untuk menerima apresiasi berupa likes dan comment yang akan membangun koneksi positif. Konten yang akan diunggah pun umumnya akan disunting terlebih dahulu (Suwarno, 2023). Hal ini bertujuan untuk  meningkatkan kualitas visual dan audio agar lebih menarik, memastikan pembahasan konten dapat tersampaikan, mengoptimalkan durasi, menciptakan alur video yang profesional melalui efek dan transisi, serta menarik perhatian audiens agar lebih mudah diterima. Dengan demikian, penggunaan media sosial ini berperan penting dalam membentuk persepsi diri dan interaksi sosial.

Generasi Z merupakan generasi yang perlu memelihara sikap bijaksana ketika menghadapi tantangan eksistensi diri, termasuk tekanan sosial, perubahan norma, hingga identitas digital. Generasi Z dapat aktif mengembangkan kreativitas tanpa meninggalkan hakikat eksistensi diri ataupun etika menggunakan sosial media yang tepat. Meskipun generasi ini memiliki sifat keterbukaan terhadap teknologi, namun mereka tetap perlu menyeimbangkan keberadaan dunia maya dan kehidupan nyata sebagai langkah membangun jati diri yang sehat. Dengan melihat tantangan eksistensi diri yang dialami oleh Generasi Z, perlu dikaji pula dampak media sosial terhadap kesehatan mental dan pembentukan identitas Generasi Z. Di samping itu, kita dapat mengeksplorasi peran pendidikan dan keluarga dalam mendukung perkembangan pola pikir Generasi Z di era digital.

DAFTAR PUSTAKA

Faizal, A. A., Naim, M., & Fauzi, A. (2022). Fenomena Instagram Sebagai Sarana Eksistensi Diri pada Kelompok Remaja di Kelurahan Sudimara Selatan. Buana Komunikasi, 3(1), 12.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline