Lihat ke Halaman Asli

Sarah Asha Fadillah

Mahasiswi Universitas Islam Negeri

Islam Dilabeli Teroris? Masih Zaman?

Diperbarui: 29 Desember 2023   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Sarah Asha Fadillah (Mahasiswi)

Lagi-lagi framing Islam dianggap buruk seolah-olah jualan lama yang sudah basi digoreng kembali. Pasalnya baru-baru saja di awal bulan Desember tahun 2023, Samarinda dihebohkan dengan ditangkapnya seorang bendahara Jamaah Islamiyah oleh Densus 88. Densus 88 mengamankan pelaku yang dianggap terorisme dengan berinisial IAZ yang beralamatkan di Jalan Lambung Mangkurat, RT 08, Kelurahan Pelita, Kecamatan Samarinda Ilir.

            Menurut warga sekitar, pelaku adalah warga rantauan dari Sulawesi dan bekerja di Samarinda sebagai tukang servis handphone. Selain itu, warga sekitar juga menilai penampilan pria yang terduga teroris tersebut adalah sosok yang tidak terlalu banyak bicara dan memiliki jenggot tipis, rambut gondrong, serta memiliki umur kisaran 35-40 tahun.

            Jika diamati, identitas yang melekat pada pelaku yang terduga teroris tersebut memiliki identitas yang erat dengan Islam. Yakni berjenggot tipis, rambut gondrong dan tergabung di salah satu kelompok Islam. Sungguh miris, identitas Islam selalu menjadi sasaran untuk orang-orang menilai apakah seseorang tersebut dapat dikatakan teroris atau tidak. Padahal jelas-jelas nyata di Indonesia ada Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua yang sudah banyak menewaskan orang yang tidak bersalah, bahkan baru-baru saja menewaskan Pratu Sandy Primadana yakni Prajurit TNI asal Kutai Kartanegara yang sedang bertugas.

            Keberadaan KKB tidak hanya sebatas eksistensi, tetapi mereka memang menganggap negara dan masyarakat yang pro terhadap NKRI adalah musuh. Maka dari itu, keberadaan KKB merupakan PR besar bagi pemerintah untuk menjaga keamanan di Papua. Bagaimanapun, jaminan keamanan adalah harga mati bagi kedaulatan suatu negara. Satu-satunya langkah yang tepat bagi pemerintah mengatasi KKB adalah dengan memberantasnya. Serangan berulang KKB kepada masyarakat sipil dan aparat semestinya menampar pemerintah agar berani bertindak dengan tegas.

            KKB adalah teroris sesungguhnya di Indonesia. Tidakan mereka bahkan telah menampilkan separatisme yakni upaya memisahkan diri dari suatu negara atau pemerintahan yang sah. KKB merupakan alarm keras akan adanya pemberontak yang mengancam kedaulatan negara ini. Sudah sepatutnya inilah yang harus dibasmi oleh negara, bukan malah menuduh orang muslim yang taat kepada syariat kaffah ataupun menggunakan hal-hal yang menunjukkan identitasnya sebagai seorang muslim sebagai pelaku tindak pidana teroris.

            Herannya, yang jelas-jelas mengeluarkan senjata api, mengaku dirinya sebagai pasukan bersenjata dan tidak ada motif yang jelas membunuh karena apa, tidak pernah dikatakan sebagai teroris hanya karena penampilan mereka tidak Islami. Namun semakin kesini, masyarakat atau netizen mulai cerdas meresponnya dan mulsi bisa membandingkan mana pelaku terror yang sebenarnya. Ummat sedikit demi sedikit sudah mulai paham bahwa terorisme adalah proyek Barat untuk menjauhkan ummat Islam dan menghadang kebangkitan Islam.

            Jika memperhatikan sejarah tentang terorisme, isu ini muncul saat peristiwa peledakan gedung WTC di Amerika Serikat pada tahun 2001. Amerika Serikat menganggap bahwa pelaku atas peledakan WTC adalah teroris yang beridentitas muslim. Setelah itu, invasi besar-besaran terjadi di beberapa negeri kaum muslim. Dengan dalih melawan terorisme, tanpa rasa bersalah Amerika Serikat mengebom dan membunuhi masyarakat tidak berdosa di negara itu. Sejak saat itu pula seluruh negara di dunia harus mengikuti seruan Amerika Serikat untuk melawan terorisme.

            Di Indonesia sendiri, isu ini mulai panas setelah peristiwa bom Bali. Setelah di crosscheck ternyata hasil dari pemeriksaan diketahui bahwa pelakunya adalah seorang muslim. Sejak saat itu, framing terorisme sangat lekat dengan muslim. Padahal tidak ada satupun ajaran Islam yang mengajarkan untuk menebarkan terror terlebih kepada orang yang tidak bersalah meskipun ia kafir. Maka dapat disimpulkan, terorisme ini aslinya bukan dilakukan oleh orang muslim, bisa saja muslim hanya dijadikan sebagai kambing hitam padahal pelakunya sampai sekarang masih melenggang bebas. Sebab jika ia muslim, ia akan tahu bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kedamaian dan tidak pernah mengajarkan tentang anarkisme kepada pengikutnya, apalagi membunuh manusia tanpa sebab. Sebagaimana firman Allah:

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (Q.S Al-Maidah ayat 32)

            Proyek pemburuan teroris jelang natal dan tahun baru sepertinya sudah menjadi agenda rutin, dan masih saja yang menjadi sasaran adalah ummat muslim. Tidak dapat dipungkiri, hal ini membuat ummat Islam phobia terhadap agamanya sendiri. Alhasil, mereka menjadi takut untuk mengenal dan mempelajari Islam lebih dekat, dan takut akan syariat seperti menutup aurat secara sempurna, celana cingkrang, jenggot, dan lain sebagainya. Akhirnya secara tidak langsung kaum muslim sedikit demi sedikit mulai jauh dari agamanya, sehingga kebangkitan kaum muslim hanya angan semata, dan hal inilah yang diimpikan oleh musuh Islam.

            Dengan demikian, ummat Islam harus berhati-hati dan cerdas dalam memilah milih informasi terkait isu terorisme. Jangan sampai ummat Islam sendiri yang berkoar-koar bahwa teroris yang sebenarnya berasal dari Islam. Padahal kita sebagai ummat Islam punya kewajiban untuk melindungi agama kita dari berbagai fitnah yang tidak berdasar. Sudah sepantasnya terorisme seperti KKB ditumpaskan dengan berpijak pada sistem Islam. KKB menyerang masyarakat dan aparat dengan menghilangkan nyawa maka sanksi yang tepat bagi mereka hanyalah hukuman mati dan penyaliban, atau memotong tangan dan kaki mereka secara bersilangan atau mengasingkan mereka ke tempat lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline