REVOLUSI SPIRITUAL
Anies dan juga Ahok mulai dengan "heboh"
Bagaimana pun suara gaduh tentang seratus hari kerja pertama Gubernur Anies-Sandi, tak kalah gaduh dengan seratus hari pertama Gubernur Ahok-Djarot yang digantinya.
Bedanya. Zaman Ahok-Djarot, gaduh karena langsung ribut dengan depe'erde gara-gara mulai ada bau tak sedap dari Ahok tercium anggota dewan. Dan Ahok pun sudah mencium bau tak sedap yang ada di ruang depe'erde.
Maka ributlah Jakarta karena ulah Ahok yang mencium bau para siluman.
Sumpah serapah anggota dewan yang tampak mulai panik mengimbangi ketegasan Ahok yang mulai menunjukkan diri bahwa dirinya bukan pemimpin yang bisa digertak oleh siapa pun. Sementara itu warga Jakarta yang merindukan sosok gubernur yang sekelas Ali Sadikin menyambutnya dengan sangat bersemangat.
Lapangan Monas boleh untuk kegiatan budaya dan keagamaan
Zaman "Now." Zaman Anies --Sandi sama heboh. Gara-gara Taman Monas mulai boleh dipakai untuk kegiatan kesenian dan acara keagamaan. Lalu bagaimana dengan fungsi gedung-gedung, taman-taman kesenian dan juga tempat-tempat peribadatan yang tersebar di seluruh Jakarta?
Rumput yang terpelihara rapi di Lapangan Monas boleh diinjak-injak siapa saja. Tidak apa-apa diinjak-injak toh rumput bisa ditanam lagi, demikian kata Anies. Maka diadakanlah acara reuni alumni 212, walau Ketua MUI "melarang."
Yang lazim menurut hemat penulis. Seluruh kota pasti menjaga keindahan dan ketertiban, semua taman yang dibuat oleh pemerintah kota mau pun swasta atau pun dibuat atas kebutuhan pribadi. Pasti tidak boleh diperlakukan sembarangan. Apa lagi sampai rusak diinjak-injak warganya.
Barangkali demikian pula dengan tempat-tempat yang disebut dengan istilah asing park, gardenmaupun yard. Semua tempat tidak boleh diperlakukan sembarangan. Tidak semua kegiatan boleh dilakukan di sembarang tempat. Bicara dan membuang sampah saja tidak boleh sembarangan. Semua harus pada tempatnya.