Lihat ke Halaman Asli

Ashar Irsyad

Anak Laki-laki

Sorogan, Metode Pembelajaran Khas Pesantren

Diperbarui: 25 Oktober 2021   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pondok pesantren memiliki metode pembelajaran yang khusus, yaitu sorogan. Metode ini menjadi metode andalan terutama pesantren yang masih menggunakan kitab kuning sebagai sarana pembelajaran utama.

Kata Sorogan berasal dari Bahasa Jawa yaitu Sorog yang berarti 'menyodorkan'. Menurut Abdullah Aly, dalam bukunya Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren. Metode sorogan adalah pembelajaran kitab secara individual, dimana setiap santri menghadap secara bergiliran kepada Kyai untuk membaca, menjelaskan atau menghafal pelajaran yang diberikan sebelumnya. 

Jadi prinsip dasar dari metode ini yaitu santri membaca kitab kuning dihadapan Ustadz atau Kyai. Kemudian santri membaca dan memaknai materi dari kitab yang disodorkan.

Metode ini menekankan pada cara baca atau gramatika bahasa arab dan juga pemahaman. Dengan metode ini diharapkan santri menjadi terbiasa dalam memaknai dan memahami kitab kuning. 

Kitab kuning sendiri juga lebih dikenal dengan kitab gundul karena memang tidak memiliki harakat (fathah, kasrah, dhammah, sukun. Oleh sebab itu, untuk bisa membaca kitab kuning beserta paham makna kalimat per kalimat agar bisa dipahami secara menyeluruh, dibutuhkan waktu belajar yang relatif lama. Istilah kitab kuning sebenarnya diletakkan pada kitab warisan abad pertengahan Islam yang masih digunakan pesantren hingga saat ini.

Metodi sorogan ini sangatlah efisien dan menjadi metode wajib dikalangan pesantren. Ketika sorogan setiap santri akan di uji langsung oleh seorang Ustadz atau Kyai dan apabila dalam membaca terdapat kesalahan akan langsung dibenarkan. Metode ini juga sekaligus menjadi praktek atau cara untuk menerapkan Ilmu Nahwu (Ilmu yang mempelajari gramatika Bahasa Arab) yang sudah dipelajari di dalam kelas. 

Selain itu santri juga harus menjelaskan ulang makna dari naskah yang ia baca. Dengan begitu ia akan benar-benar paham materi dan diharapkan bisa menyampaikan makna yang terkandung didalamnya  dengan menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline