Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Tuhan Menghendaki Musibah?

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tidak masuk akal jika Tuhan Menghendaki ada musibah. Tuhan senantiasa menjadikan alam kehidupan—alam semesta ini sebagai wujud Rahmatullah. Sebagai wujud surga yang nyata, yang bisa dinikmati siapa saja yang ada di dalamnya.
Tuhan Menjadikan setiap keberadaan yang ada dalam kehidupan ini sempurna dengan kodrat, iradat, sifat, wujud dan RahmatNYA bagi keberadaan yang lain. Terutama bagi kemuliaan hidup umat manusia, tanpa pandang ras, etnis, agama, ideologi, pangkat maupun jabatan.

Manusia selalu bersaksi dan “terlibat” dengan apa yang disaksikan—walau hanya sedikit mendengar beritanya. Bahwa disamping sedang merasakan kesenangan hidup; setiap orang sebenarnya juga merasa dalam keadaan berbahaya. Oleh karena itu manusia harus selalu waspada dan tidak tidak perlu berbuat yang membahayakan diri sendiri maupun bagi orang lain.
Berbagai musibah senantiasa teralami dan mengepung, siap menyakiti, merusak bahkan membinasakan jasad manusia. Wabah-wabah penyakit; bermacam kecelakaan; beragam modus kejahatan; berbagai bencana alam, kelaparan, kemiskinan, kebodohan; berbagai krisis ekonomi, krisis politik, krisis moral; keserakahan, kebencian, kesirikan, pemutusan hubungan kerja; dan masih banyak lagi bentuk bahaya lain yang mengancam banyak orang setiap saat. Semua musibah tersebut tidak Dikehendaki Tuhan. Tetapi terjadi karena ulah mahluk-mahlukNYA.
Bumi dengan air  dan udara yang menghidupi setiap mahluk, memang selalu bergerak dengan disiplin, tertib dan sinkrun dengan gerak alam semesta. Gerak bumi bisa menghadirkan pergerakan lempeng-lempeng benua; bisa menghadirkan pergerakan lapisan-lapisan bumi; bisa menghadirkan gempa. Gerak laut bisa menghadirkan gelombang besar; dan gerak udara bisa menghadirkan badai taufan maupun siklon.
Semua fenomena tersebut sudah diketahui secara mendalam oleh pengetahuan manusia. Maka manusia memprediksi, mendeteksi dan mengantisipasinya. Semua bisa mendatangkan musibah yang tidak diinginkan manusia. Apa lagi DikehendakiNYA. Semua adalah wujud perilaku alami bumi, air (laut) maupun udara yang bisa mendatangkan musibah yang harus diketahui manusia.
Tuhan sudah tidak perlu mengatur tatanan kehidupan alam semesta. Semua keberadaan Yang DikehendakiNYA ada pasti dalam keadaan maha teratur. Demikian pula halnya dengan manusia. Manusia mau tidak mau harus berada dalam Firman  Tuhan  yang Difirmankan Para Nabi.

Tetapi sayangnya. Manusia juga berulah yang sangat memengaruhi perilaku bumi. Manusia bisa berbuat kerusakan yang fatal terhadap bumi. Bumi, laut dan udara dicemari. Peringatan dini sudah disampaikan para ilmuwan, bahwa bumi, laut dan udara harus dijaga kesuciannya sebagai unsur kehidupan yang sehat. Ternyata banyak diabaikan. Maka manusia menghadapi banyak musibah karena ulahnya sendiri.
Apakah gempa bumi maupun tsunami merupakan perilaku alam semata? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Karena manusia juga membuat kerusakan di dalam perut bumi. Mentang-mentang  Ibu bumi  diam saja  dijadikan tempat membuang limbah dan ladang pembantaian manusia atas manusia. Perut Ibu Bumi pun sering disakiti dan dilukai manusia dengan meledakkan bom-bom nuklir di dalamnya.
Tuhan tidak Menghadirkan musibah. Tetapi manusia sering berbuat yang mengundang musibah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline