Lihat ke Halaman Asli

an anta

penikmat baca tulis

Pendidikan Kita Dibanding Jepang dan Singapura

Diperbarui: 30 Juli 2018   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Data diolah sendiri

Sebagai rumus baku, kemajuan sebuah bangsa akan ditunjang oleh kualitas (maupun kuantitas) pendidikan bagi seluruh masyarakatnya, sudah menjadi indikator secara internasional. 

Bagi banyak negara di dunia indeks pendidikan menjadi instrumen penting dalam Social Progress di suatu negara yang dapat dibandingkan dengan indeks negara lain. 

Social Progress Index ( SPI ) adalah data yang dibuat oleh The Social Progress Imperative ( www.socialprogressimperative.org ) berdasarkan data survey dari 128 negara. 

SPI memberikan angka-progres dalam tiga dimensi  yaitu Basic Human Needs, Foundations of Wellbeing, and Opportunity serta merangkum sekitar 50 angka indikator. Data terbaru yang disampaikan adalah berdasarkan survey pada tahun 2017 ( data dapat dilihat disini).

Tulisan ini mencoba melihat kedudukan Pendidikan di Indonesia bila dibandingkan dengan negara lain, diambil contoh Japang dan Singapore. Dipilih negara Japan karena sedikit banyaknya negara ini memberikan warna Pendidikan di tanah air pada awal kemerdekaan. 

Sebagai negara tetangga, Singapore, adalah contoh terdekat dalam hal jarak dan budaya. Secara kebetulan kebetulan Indonesia, Japan dan Singapore terletak di kawasan Asia sehingga memperkecil perbedaan dalam sisi manusia. Data pendidikan di tiga negara ini diambil dari Social Progress Index ( SPI ) tahun 2017.

Keterangan Variabel/Indikator :

  • Access to Basic Knowledge : meliputi pengukuran komponen  Adult literacy rate (% of pop. aged 15+), Primary school enrollment (% of children), Secondary school enrollment (% of children) dan Gender parity in secondary enrollment (girls/boys). Angka dalam bentuk prosentase, 0% = Rendah dan 100% = Tinggi.
  • Access to Advanced Education :  meliputi pengukuran komponen Years of tertiary schooling, Women's average years in school, Inequality in the attainment of education (0=low; 1=high) dan Number of globally ranked universities (0=none; 10=most highly ranked). Angka dalam bentuk prosentase, 0% = Rendah dan 100% = Tinggi.
  • Personal Rights : meliputi pengukuran komponen Political rights (0=no rights; 40=full rights), Freedom of expression (0=no freedom; 16=full freedom), Freedom of assembly (0=no freedom; 1=full freedom) dan Private property rights (0=none; 100=full).  Angka dalam bentuk prosentase, 0% = Rendah dan 100% = Tinggi.
  • Suicide rate : adalah pengukuran bunuh-diri (self-inflicted injury) dalam 100,000 orang. Angka pengukuran adalah angka-kematian per 100,000 orang.
  • Mobile telephone subscriptions : Adalah salah-satu dari komponen Access to Information and Communications. Angka ini menunjukkan banyaknya subscriptions kepada Provider Celluler Technology per 100-orang.

Secara umum Japan di atas kita dalam hal indikator pendidikan. Namun Japan berada di bawah Indonesia dalam hal kasus bunuh-diri ( Indonesia sekitar 3-4 orang sementara Japan sekitar 19-20 orang ) dan kalah dalam perkembangan mobile phone subscription). Sementara Singapore hampir dua kali lipat kemajuan dunia perguruan tinggi ( Access to Advanced Education ) dibanding Indonesia. 

Anehnya, pada saat pendidikan dasar ( Access to Basic Knowledge ), yang dilaksanakan di awal usia sekolah (primary dan secondary school) ternyata indeks kita unggul dari pada Singapore

Boleh saja dibilang bahwa kita lebih 'hidup-tenang' dari pada masyarakat Singapore karena angka Personal Rights dan Suicide rate kita lebih baik. Secara umum masyarakat Indonesia lebih 'hidup-tenang' dari pada Singapore dan Japan.

Berdasarkan data di atas, bagaimana kita sebaiknya menerapkan sistim pendidikan kita? Apakah kita lebih condong dengan sistim yang ada di Japan ( Struktur pendidikan berbasis teknologi dan riset yang kuat ) atau melirik Singapore ( Universitas Terbaik Asia berada di Singapura ) ? Atau kita memilih sendiri, seperti misalnya anjuran untuk tidak memberikan Pekerjaan Rumah ( PR ) kepada siswa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline