Lihat ke Halaman Asli

Masa Depan Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Diperbarui: 14 Oktober 2017   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Oleh Tulus Abadi  - Ketua Pengurus Harian YLKI

Masyarakat Indonesia tampak makin gandrung dengan kendaraan bermotor pribadi sebagai moda transportasi.

Belum optimalnya pelayanan angkutan umum boleh jadi menjadi pemicu utama. Lihatlah faktanya, menurut data Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), jumlah sepeda motor di Jabodetabek mencapai 30 juta unit dan di Jakarta 13 juta unit! Lebih banyak sepeda motornya daripada jumlah warga Jakarta!

Sementara itu jumlah roda empat di Jakarta tidak kurang dari 4,3 juta unit. Di seluruh Indonesia diperkirakan tak kurang dari 80 juta unit sepeda motor. Alamak. Benar saat ini penggunaan kendaraan pribadi belum/tidak berdampak pada APBN.

Sebab seiring dengan turunnya harga minyak mentah dunia, alokasi subsidi bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor pribadi tidak ada lagi. Subsidi hanya difokuskan untuk kelompok masyarakat tertentu (misalnya nelayan) dan gas LPG 3 kg untuk rumah tangga tidak mampu Rp44 triliun dari total subsidi energi yang sebesar Rp166 triliun.

Tapi masifnya penggunaan kendaraan pribadi minimal berdampak terhadap dua hal. Pertama, keselamatan di jalan raya, khususnya oleh pengguna roda dua. Kesadaran terhadap keamanan dan keselamatan berlalu lintas di Indonesia masih tergolong rendah.

Begitu pula kesadaran terhadap kepatuhan rambu-rambu lalu lintas. Dampak paling konkret terhadap hal itu adalah tingginya kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal yang sangat eskalatif.

Terbukti, per tahunnya, tidak kurang dari 31.000 orang Indonesia meninggal di jalan raya karena kecelakaan lalu lintas dan 76%-nya melibatkan pengguna sepeda motor.

Kedua, dampak terhadap kesehatan dan pencemaran lingkungan. Ingatlah, kendaraan pribadi sangat rakus terhadap konsumsi bahan bakar minyak. Dampak negatif yang paling dominan terhadap penggunaan bahan bakar minyak untuk transportasi adalah pencemaran lingkungan.

Pembakaran bahan bakar minyak, selain menghasilkan energi, juga menghasilkan gas buang yang amat beracun seperti karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NO2), dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan hujan asam dan pemanasan global.

Dampak penggunaan bahan bakar minyak di Indonesia, khususnya di kota-kota aglomerasi, makin serius manakala kualitas bahan bakar yang digunakan masih rendah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline