Lihat ke Halaman Asli

Asgar Ali

Direktur GOD Bless Indonesia

Perang Ukraina akan Menjadi Perang Abadi

Diperbarui: 25 Februari 2023   23:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ketika satu tahun perang Ukraina berlangsung sudah ada puluhan ribu tentara Ukraina dan Rusia yang tewas, serta korban ribuan warga sipil Ukraina. Yang mana efek dominonya juga menimbulkan Jutaan orang melarikan diri dari perang itu dengan rincian lebih dari 8 juta orang Ukraina ke Eropa dan Rusia, dan 6 juta lainnya hanya mengungsi di Ukraina. Yang mencengangkan adalah sulitnya mengukur jumlah penduduk Rusia yang eksodus karena menentang perang atau tidak ingin berperang di Ukraina . Berarti perang Ukraina merupakan salah satu Konflik yang menghancurkan seperti konflik Suriah, Irak, Yaman dan belahan dunia lainnya.

Ketika menilik keadaan perang Uraina yang memasuki tahun Kedua Ini, herannya di kedua belah pihak masih percaya mereka dapat mendapatkan tujuan perang mereka masing-masing, hal ini mengakibatkan sulitnya ada jalur partisipasi lainnya untuk mengakhiri konflik.

Ada ketergantungan Ukraina terhadap bantuan barat yang disinyalir berkelanjutan serta tak tergoyahkan, namun di sisi lain ada pengejaran tujuan strategis Rusia yang pantang mundur, menyebabkan akhir konflik itu masih di awang awang alias tidak dapat diprediksi.

Di bulan-bulan awal sebelum agresi, Rusia membangun rantai pasukan besar di sepanjang perbatasan Ukraina, sehingga di tanggal 24 Februari 2022 terjadi invasi besar kala itu, yang awalnya dilakukan dari berbagai front, dengan membombardir kota-kota di seluruh negeri Ukraina, namun target utamanya kota Kyiv.

Mirisnya, saat itu Kyiv tidak jatuh. Bahkan tidak dalam hitungan hari sebagaimana prediksi banyak ahli strategi, dan bisa berlangsung sampai hari ini, di mana sudah setahun berlalu. Kenapa begitu lama, menaklukan Ukraina? Ternyata ada sisi gelap dan rahasia dari rantai komando Ukraina yang oleh barat pun tidak bisa dipahami karena setiap komandan lapangan tentara Ukraina diberikan kebebasan memutuskan tindakan otonom dan kreatif serta taktis, hal ini terbantu dengan tekstur birokrasi perang Rusia yang rantai komandonya berbelit-belit, sehingga menimbulkan kesalahan langkah dalam distribusi logistik bahkan taktis serta membingungkan dilihat dari teori distribusi logistik perang. Seperti tidak bergunanya pengiriman infantri dalam jumlah besar ke spotwar tanpa ada zona aman sebagai pijak transisi maupun dukungan moda aman menuju garis depan.

Rusia akhirnya mengganti strategi dengan bergantung pada serangan ke front timur dan selatan saja, sehingga mengakibatkan bentrok sengit di Donbas. Akan tetapi di akhir musim panas kemarin Ukraina telah melakukan serangan balasan yang menjadikan mereka merebut kembali wilayah seluas 400 mil persegi dari Rusia, Ukraina bahkan mendorong Rusia hampir mendekati Kharkiv serta merebut kota Lyman daerah bagian dari Donest yang strategis di bulan November kemarin. Hal ini mengakibatkan sebahagian besar pasukan Rusia mundur di sisi lain sungai Dnipro itu bahkan ada jauh di wilayah Kherson. Hal yang paling aneh adalah spotwar itu bertahan sampai saat ini tanpa ada kemajuan berarti dari kedua pihak.

Di pihak Rusia tidak mau kalah dengan terus menggunakan mode mobilisasi parsialnya, di mana mereka membawa lebih banyak satuan tempur ke garis depan dalam rangka mempersulit laju Ukraina. Sementara di pihak Ukraina telah bersiap untuk menerima serangan besar Rusia di tengah musim dingin yang mengakibatkan area garis depan berlumpur yang berimbas pada sulitnya mobilisasi serangan pasukan besar Rusia. 

Rusia, juga telah berupaya merebut kota Bakhmut di Donetsk selama berbulan-bulan, di mana titik terangnya pasukan Rusia sudah lebih merangsek maju dengan merebut kota-kota penyangga target seperti kota Soledar, hal mana merupakan kemajuan yang tidak signifikan atau cenderung lamban serta mahal, bila hanya itu yang direbut.  Jika dicirikan sebuah pertempuran attritional dengan jumlah korban yang besar terutama pasukan infantri Rusia yang mengandalkan Grup Wagner dalam misi itu, tidak lebih merupakan keputusan birokrasi yang salah, hal lain jumlah infantri yang dimangsa artileri itu tidak sepadan dengan kemenangan kecil di kota soledar itu, karena menjadi umpan meriam, mungkin ini dilakukan lantaran status para Wagner hanya rekrutan dari para narapidana.

Yang lebih berbahaya bagi Putin, adalah pengamatan dari musuh musuh nya bahwa, ada disfungsi militer di tubuh angkatan perang Rusia, di mana dalam perkiraan AS, ternyata sudah 80 persen dari pasukan inti Rusia telah dikerahkan di tahun pertama perang ini.

Seperti serangan di tenggara Ukraina tepatnya kota Vuhledar terjadi banyak kerugian kendaraan lapis baja itu merupakan kerugian signifikan karena kendaraan tank yang dimusnahkan mencapai puluhan unit.

Adapun potensi kekurangan atau lobang hitam bagi Ukraina di perang ini adalah terlalu banyak amunisi yang ditembakkan sehingga menyebabkan tidak ada kepastian bahwa apakah masih bisa tersedia atau mampu di sediakan ulang oleh barat. Tentang kemampuan personal militer Ukraina juga diragukan dapat cepat beradaptasi dengan kendaraan tempur baru hasil pengiriman barat, andai sebelum musim panas depan, Rusia dapat meluncurkan serangan besar maka akan sia sia semua material perang pengiriman barat itu, dikarenakan jadwal tes kemampuan atau kursus yang dilakukan AS cs, kepada para prajurit Ukraina diharapkan menjadi malapetaka bagi Rusia sampai musim panas kedepan. Hal lain, Sifat gesekan dari perang Ukraina ini, terlalu mahal, karena menguras sumber daya dari kedua sisi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline