Lihat ke Halaman Asli

Pantaskah?

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sahabat...
Ingatkah engkau hari itu
Hari ketika dua jari kelingking tangan kanan kita saling dikaitkan
Tawa renyah memecah suasana sambil kujabat uluran tanganmu
kemudian ucapan salam dan kata-kata ikhlas meluncur bagai anak panah
bahkan do'a-do'a pun saling kita mohonkan
dalam ruang jiwa kita meruah kebahagiaan
Seperti pasangan remaja
Jadilah kau dan aku sahabat,teman,tetangga,rekan kerja dan entah apa lagi nama sejenisnya.

Tiba-tiba entah dari mana bisikan itu datangnya
menyesakkan dada dan memerah padamkan muka
Aku melihatmu berbeda
kebahagiaannmu menjadi racun hidupku
cela dan aibmu adalah santapan lezat yang memuaskan nafsu kebencianku
wajahmu tak lagi sejuk kupandang
sebutan namamu membuat panas telingaku
bahkan kalau mungkin seluruh isi dunia tertawa sinis menghinamu

Yaa Illahi Rabbi...
Kukumpulkan seluruh sisa-sisa keberanianku memanggilMu
untuk bertanya masih pantaskah aku disebut sebagai sahabat,saudara
ketika darah dan nanah saudaraku terasa manis kureguk

Yaa Illahi Rabbi...
Dengan sisa nafas yang masih Engkau izinkan tuk kuhirup
kulambungkan roh suci ini tersungkur di Arrasy-Mu yang Maha Agung
Dalam penghambaanku yang murni kepadaMu
Maafkan dan ampunilah hambaMu ini.


Permata Biru, 3 Juni 2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline