Lihat ke Halaman Asli

asep setiono

Sedulur Papat Limo Pancer

Tradisi Lama Upacara Sedekah Laut Warga Cilacap, Jawa Tengah

Diperbarui: 14 Oktober 2021   15:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tradisi sedekah laut yang dilakukan warga Cilacap, merupakan tradisi adat yang diselenggarakan masyarakat nelayan satu kali dalam setahun, yaitu setiap bulan Suro (kalender Jawa) yang bertepatan dengan hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon.

Upacara sedekah laut berawal dari peristiwa tumbuhnya kembang Wijayakusuma pada jaman Prabu Aji Pramosadari Kediri yang telah bertahun-tahun menimbulkan kepercayaan bagi raja-raja di Surakarta dan Yogyakarta, sebagai kembang yang diyakini mempunyai makna vertikalbaik warna maupun rupa bentuk. Kembang Wijayakusuma terdiri dari 3 warna (merah, hijau dan kuning) dengan 5 kelopak dan 7 mahkota yang mempunyai makna tersendiri bagi seorang pemimpin.

kemarin tahun 2020, digelar tradisi yang sederhana , puncak upacara yang biasanya dilakukan dengan pawai atau arak-arakan sesaji dari pendopo setda Cilacap hingga Pantai Teluk Penyu, pada upacara sedekah laut yang dilaksanakan jumat (11/9), tidak lagi dilakukan. "mengingat saat ini masih pandemi Covid 19, maka puncak upacara tradisi sedekah laut kita rayakan lebih sederhana," jelas Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap, Sarjono.

Beliau menyebutkan, sebelum penyelenggaraan upacara sedekah laut, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Tim Gugus Tugas Covid 19 tingkat kabupaten. Dari koordinasi tersebut disepakati, upacara sedekah laut yang sudah menjadi agenda wisata tahunan Kabupaten Cilacap, pada tahun 2020 ini tetap digelar namun dengan kegiatan yang berbeda artinya kegiatan yang sederhana karena adanya covid 19.

Fungsi dan Makna Upacara Sedekah Laut, menjadi sorotan sebagai aspek agama dan mengandung makna religius., artinya dianggap sebagai wujud permohonan atau doa kepada Yang Maha Kuasa, Supaya nelayan tidak menjumpai banyak hambatan dan melaut dan diberi kesehatan dengan hasil tangkapan yang melimpah, selain itu juga merupakan perwujudan dari rasa syukur masyarakat nelayan atas hasil tangkapan tahun sebelumnya yang dipersembahkan pada Ratu Pantai Selatan yang dianggap sebagai penguasa laut selatan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah, Upacara adat yang diselenggarakan masyarakat Cilacap satu kali dalam setahun, yaitu bulan Suro, dan mengandung makna religius sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil tangkapan ikan nelayan. Upacara adat ini juga mengandung makna budaya, sosial dan ekonomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline