Lihat ke Halaman Asli

Asep Setiawan

Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Membedah Kebenaran Isra Mi'raj melalui Psikologi Pengakuan dan Analisis Forensik Naratif

Diperbarui: 28 Januari 2025   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membedah Kebenaran Isra Mikraj melalui Psikologi Pengakuan dan Analisis Forensik Naratif

Teaser : Begal di Pinggir Sawah

Waktu menunjukkan pukul 04:10 dini hari. Udara dingin menusuk tulang, dan embun menyelimuti dedaunan sawah. Jalan kampung itu sepi, hanya suara jangkrik dan gesekan angin di daun yang memecah kesunyian. Dudung, seorang pria paruh baya dengan tubuh kurus dan wajah yang memendam kekhawatiran, melaju dengan motor bututnya. Ia baru saja berangkat untuk membantu memanen padi di desa sebelah.

Tiba-tiba, dari balik bayang-bayang pohon pisang di pinggir sawah, muncul dua orang pria bertopeng. Salah satu dari mereka membawa golok yang berkilau dalam remang cahaya bulan.

"Berhenti! Kalau nggak mau mati!" teriak salah satu dari mereka dengan suara kasar.

Jantung Dudung berdegup kencang. Ia berusaha memutar balik motornya, tapi terlalu lambat. Salah satu pria menarik lengannya, membuatnya jatuh ke tanah. Motor bututnya diambil. Mereka melaju kencang, meninggalkan Dudung yang terduduk lemah di tanah berlumpur.

Pukul 05:30 pagi. Dudung berdiri dengan pakaian yang kusut dan tangan bergetar di depan meja resepsionis kantor polisi. Di meja itu, seorang polisi muda bernama Briptu Danu menguap sambil menyeruput kopi hitam.

"Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa kami bantu?" tanya Danu, meskipun matanya masih setengah tertutup.

Dudung menelan ludah. "Pak, saya... saya dibegal tadi pagi. Motor saya diambil..."

Danu mengangkat alis, kini lebih terjaga. "Dibegal? Di mana, kapan, dan bagaimana kejadiannya? Coba ceritakan."

Dudung mulai menjelaskan. "Di jalan pinggir sawah, waktu sebelum subuh tadi. Saya baru mau berangkat ke desa sebelah, tiba-tiba dua orang bertopeng muncul. Satu bawa golok, Pak. Motor saya diambil begitu saja..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline