Lihat ke Halaman Asli

Asep Setiawan

Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Manipulasi Digital: Apakah Kita Masih Punya Kendali atas Pikiran Kita

Diperbarui: 20 Desember 2024   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Social Engineering di Era Big Data dan AI

I. Pendahuluan

Bayangkan, setiap keputusan yang Anda ambil dari membeli produk di marketplace, memilih calon pemimpin di pemilu, atau bahkan sekadar menonton video pendek di media sosial, sebenarnya telah dikalkulasi dan diarahkan oleh algoritma yang tahu segalanya tentang Anda. Tidak hanya apa yang Anda inginkan saat ini, tetapi bahkan apa yang akan Anda inginkan esok hari. Dalam era data besar (Big Data) dan kecerdasan buatan (AI), manipulasi digital telah menjadi senjata yang tak kasatmata, namun sangat efektif, untuk membentuk realitas kita.

Di Amerika Serikat, kasus Cambridge Analytica pada Pemilu 2016 menjadi peringatan global tentang bagaimana data pribadi bisa digunakan untuk menggerakkan opini publik ke arah tertentu, tanpa disadari oleh yang bersangkutan. Di Indonesia, fenomena yang tak kalah mengkhawatirkan muncul saat berita hoaks menyebar begitu masif menjelang Pilpres 2019, menciptakan polarisasi sosial yang tajam hingga memicu konflik di dunia nyata. Lebih dekat lagi, bukankah kita pernah mendengar bagaimana algoritma YouTube mendorong video-video provokatif kepada anak muda, menggiring mereka ke ekstremisme dalam diam?

Manipulasi digital ini bukan sekadar kelanjutan dari propaganda klasik, tetapi wajah baru dari social engineering. Jika di masa lalu rekayasa sosial dilakukan lewat poster, pidato, atau siaran televisi, kini ia bekerja dalam keheningan algoritma. Konten yang Anda lihat di layar ponsel bukan hanya mencerminkan preferensi Anda, tetapi juga sengaja dirancang untuk membentuknya. Dari berita politik yang sarat agenda hingga iklan yang menggiring Anda ke produk tertentu, algoritma menjadi "dalang" yang mengontrol, bahkan tanpa kita sadari.

Apakah keputusan Anda benar-benar milik Anda, atau hanya hasil manipulasi digital yang terencana?

Di tengah derasnya arus informasi dan algoritma yang semakin canggih, artikel ini mengajak Anda untuk menelisik lebih dalam. Bagaimana manipulasi digital bekerja? Apa dampaknya terhadap kebebasan berpikir kita? Dan yang paling penting: masihkah kita memiliki kendali atas pikiran kita sendiri, atau semua ini hanyalah ilusi? Di era Big Data dan AI, pertarungan antara kebebasan manusia dan kekuatan algoritma adalah medan pertempuran yang harus kita pahami, sebelum terlambat.

II. Sejarah Singkat Social Engineering: Dari Mitos hingga Manipulasi Digital yang Mengancam Kebebasan

Social engineering, atau rekayasa sosial, adalah seni yang tak pernah mati. Sejak zaman purba hingga era digital saat ini, manipulasi terhadap opini dan perilaku masyarakat telah menjadi alat yang digunakan oleh para penguasa, pemimpin, dan bahkan korporasi, untuk mengendalikan narasi dan meraih tujuan tertentu. Namun, perubahan teknologi telah merubah wajah rekayasa sosial, membawa dampak yang lebih besar dan lebih dalam pada kehidupan kita. Perubahan ini terjadi dalam tiga fase besar: era tradisional, era media massa, dan era digital.

1. Era Tradisional: Manipulasi Melalui Mitos dan Kepercayaan Buta

Pada masa ini, manipulasi sosial dilakukan oleh pemimpin agama, militer, dan politik yang memanfaatkan ketidakpastian masyarakat terhadap dunia sekitar. Narasi-narasi yang dibangun melalui mitos dan kepercayaan digunakan untuk mengukuhkan kekuasaan, sering kali dengan cara yang sangat mematikan dan menindas. Pemimpin yang mengklaim memiliki hubungan langsung dengan kekuatan adikodrati atau ilahi, memanfaatkan kebodohan dan ketakutan untuk memperkuat kontrol mereka atas rakyat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline