Lihat ke Halaman Asli

Asep Setiawan

Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Membangun AI yang Berkelanjutan

Diperbarui: 20 November 2024   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shutterstock via KOMPAS.com

Bayangkan dunia yang dipenuhi dengan robot pintar, mobil yang dapat mengemudi sendiri, dan pabrik yang hampir sepenuhnya otomatis. Dunia seperti itu sepertinya bukan hanya impian masa depan, tetapi kenyataan yang semakin dekat.

Di balik kecanggihan teknologi ini, ada satu kekuatan yang lebih besar dan lebih kompleks: Kecerdasan Buatan atau AI.

Seiring berkembangnya AI, kita semua, sebagai individu, pekerja, konsumen, dan bahkan bagian dari lingkungan hidup, perlu memahami bagaimana kita bisa berperan dalam menciptakan dunia yang adil dan berkelanjutan di tengah revolusi teknologi ini.

Mengenal Lima Agen yang Berperan dalam Dunia AI

Ada lima agen yang berinteraksi dalam dunia yang sedang dibentuk oleh AI, yang dapat kita bayangkan seperti sebuah permainan besar yang melibatkan banyak pemain: tenaga kerja (buruh), konsumen, kapitalis (pemilik modal atau pengusaha), teknologi itu sendiri, dan lingkungan hidup. Semua agen ini punya kepentingan masing-masing, dan sering kali kepentingan mereka saling bertentangan.

Namun, untuk mencapai keseimbangan, kita perlu memahami bagaimana mereka berinteraksi dan bagaimana kita bisa mendorong agar semua agen ini dapat hidup berdampingan dalam harmoni.

Buruh: Pekerja di Tengah Otomatisasi
Mari kita mulai dengan tenaga kerja, yang selama ini menjadi inti dari setiap perekonomian. Di masa lalu, tenaga kerja adalah pahlawan yang menjalankan mesin-mesin pabrik, menggerakkan roda ekonomi dengan keterampilan mereka.

Namun, dengan kemajuan teknologi, banyak pekerjaan mulai diambil alih oleh robot atau program AI. Bayangkan seorang pekerja pabrik yang kini harus bersaing dengan mesin-mesin otomatis yang lebih cepat dan lebih akurat. Tentu saja, ini menciptakan ketegangan.

Namun, bukan berarti buruh harus menjadi korban dari perubahan ini. Seperti halnya buruh di masa revolusi industri pertama yang beradaptasi dengan mesin uap dan pabrik, buruh zaman sekarang bisa beradaptasi dengan teknologi baru.

Organisasi buruh bisa berperan penting di sini, mendorong pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan agar pekerja dapat bersaing di pasar kerja yang semakin digital. Misalnya, dengan pelatihan di bidang coding, analisis data, atau keterampilan yang tidak dapat digantikan oleh mesin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline