Lihat ke Halaman Asli

Asep Setiawan

Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Makna dan Peran Gerakan Buruh di Era AI

Diperbarui: 8 November 2024   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

AI generatif adalah software yang telah membajak bukan saja kecerdasan manusia dalam arti inteligensi, tapi juga bahkan intelektualitas karena kemampuannya untuk berpikir dan bernalar, kemudian mengambil kesimpulan dan keputusan. 

Ketika bernalar terikat kepada kaidah-kaidah mantiq, logika, filsafat, dan prinsip pengambilan kesimpulan serta proses narasi induktif dan deduktif, maka AI yang bernalar dan berpikir adalah hal yang lumrah. 

Awalnya AI dirancang untuk membantu manusia, terutama setelah search engine seperti Google tidak lagi memuaskan. Kita butuh software yang bisa diajak bicara dan memberikan jawaban dan respon langsung atas pertanyaan dan kebutuhan kita. 

Ketika kebutuhan itu dijawab dengan software semacam Google Assistant, kita saat itu masih menggunakannya untuk bahan becandaan. Kehadiran Assistant seperti itu memang kita akui sangat membantu, walaupun banyak respon dan jawabannya masih diserahkan kepada kita untuk mencarinya melalui search engine..

Lalu munculnya ChatGPT dari OpenAI. Kita langsung terpesona dengan kemampuannya. Walaupun sering mendapati kesalahan terjadi padanya, cepatnya proses koreksi dan peningkatan kemampuan oleh developer membuat kita semakin jatuh cinta. Sampai kita sadar bahwa AI generatif bisa menjadi alat yang sangat kuat.

Integrasi sistem AI ke dalam sistem ERP seperti SAP dan Oracle yang didukung transaksi cashless dan data digital membuat banyak pekerjaan pencatatan, pengelompokan, pelaporan, dan analisis data sampai kepada  rekomendasi tindakan dan kebijakan operasional bisnis bisa diambil alih sepenuhnya oleh AI. 

Pekerjaan kerah putih bukan saja terancam, tapi juga merupakan yang paling dulu menghilang dan hilang dengan sangat cepat. Kelas ekonomi menengah berkurang dengan sangat cepat.

Sementara integrasi AI ke dalam robot humanoid masih membutuhkan waktu. Pekerjaan yang menggunakan otot dalam industri manufaktur masih dapat bertahan lebih lama daripada pekerjaan kerah putih. Pekerja kerah biru masih bisa sedikit mengambil napas lebih panjang. 

Sementara dari sisi bisnis, tuntutan untuk mencapai efisiensi dan produktivitas yang lebih tinggi untuk mempertahankan pangsa pasar maupun untuk mematahkan dominasi pasar dan memasuki pasar baru, adopsi AI adalah sebuah keharusan. 

Walaupun tingkat kematangan integrasi AI ke dalam sistem bisnis masih dipertanyakan efektifitasnya, sehingga banyak perusahaan yang sudah mengadopsi AI masih terus berhitung ROI atas strategi AI mereka, potensi kekuatan AI yang didukung oleh kecepatan perkembangannya yang ditandai dengan hadirnya fitur-fitur baru, membuat tuntutan adopsi AI ke dalam sistem bisnis semakin kuat. 

Tak ada bisnis yang bisa bertahan tanpa mengadopsi sistem AI.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline