Homo Neandhertal dianggap sebagai sepupu terdekat dari kita homo sapiens. Tapi mereka sudah punah. Sepupu terdekat kita yang masih hidup adalah bonobo dan simpanse. Mereka juga spesies sosial seperti kita dan bahkan mengembangkan kemampuan berbahasa juga. Organ fisik bahasa mereka mirip dengan kita, begitu juga struktur otak dan gen yang mengatur kemampuan berbahasa. Beda kita dengan mereka cuma beda generasi hardware saja, hardware kita dengan mereka terpisah jarak 4 sampai 7 juta tahun evolusi, sehingga kemampuan bahasa mereka tidak mencapai kemampuan bahasa kita. Meminjam konsep teknologi, kita adalah gen hardware terbaru.
Tapi benarkah bahwa aspek hardware saja yang berpengaruh dalam kemampuan berbahasa suatu spesies. Ada sekian banyak kisah manusia yang dibesarkan oleh hewan yang menunjukkan kemampuan berbahasa mereka meniru hewan yang memelihara mereka. Ketika orang-orang ini dibawa kembali kepada kehidupan manusia, butuh waktu lama bagi mereka untuk mengembangkan kemampuan berbahasa manusia, walaupun semua perangkat fisik berbahasa mereka miliki. Ini menunjukkan bukan saja fungsi hardware yang berpengaruh dalam kemampuan berbahasa, tapi juga fungsi pengajaran.
Sementara itu kita juga mengenal sejumlah kisah dan eksperimen yang menunjukkan kemampuan sejumlah hewan seperti kuda, burung, dan primata yang bisa meniru bahasa manusia dan berkomunikasi dengan manusia secara terbatas. Sejumlah hewan bisa sangat cerdas juga jika dilakukan pengajaran terhadap mereka. Tapi pengajaran itu butuh effort yang melelahkan, waktu yang panjang, dan hasil yang terbatas.
Bandingkan pengajaran kepada hewan ini dengan pengajaran yang dilakukan kepada masyarakat yang terisolir dan terbelakang sekalipun. Masyarakat terisolir ini dalam waktu singkat menunjukkan perkembangan peradaban yang luar biasa cepat. Pengajaran adalah kunci akselerator kemajuan peradaban pada semua kebudayaan. Pengajaran merupakan faktor kedua dalam kemampuan berbahasa.
Suatu masyarakat akan tetap terisolir dan terbelakang kecuali mereka membuka diri untuk mengenal dan menerima pelajaran dari masyarakat dengan peradaban yang lebih maju. Pribadi yang terisolir dan masyarakat yang terisolir akan jumud. Lalu bagaimana individu homo sapiens pertama dan masyarakat homo sapiens pertama mengembangkan pengetahuan dan peradabannya? Bagaimana momen "aha" dan "eureka" itu datang ?
Prinsip utama dalam konteks pengajaran adalah bahwa entitas yang memberikan pengajaran harus memiliki kapasitas kognisi, inteligensi, dan intelektualitas yang lebih tinggi daripada entitas yang menerima pengajaran. Baik Homo Neandhertal maupun simpanse tidak layak melakukan pengajaran kepada kita Homo Sapiens.
Keberhasilan pengajaran juga tergantung kepada kualitas kapasitas dari entitas yang menerima pengajaran. Memberikan pengajaran kepada simpanse agar mempunyai pencapaian bahasa dan peradaban setara homo sapiens adalah upaya yang sia-sia. Memberikan susu gajah kepada seekor tikus tidak akan membuat tikus itu jadi gajah.
Kemampuan berbahasa lebih dari sekedar faktor hardware dan pengajaran. Kemampuan manusia dalam belajar jauh di atas semua spesies yang ada di biosfer ini. Kemampuan manusia ini membutuhkan suatu koheren atau kesesuaian antara hardware organ, otak, genetik, dan pengajaran. Lantas, apa yang membuat kemampuan manusia dalam menguasai bahasa secepat itu, jika aspek organ, otak, genetika, dan pengajaran saja tidak memberikan jawaban yang tuntas dan memuaskan?
Kini kita dapati AI mempunyai kemampuan berbahasa setara manusia dan bisa berkomunikasi lancar dengan manusia. Diskusi manusia dengan AI generatif bisa sangat mengasyikkan. Ini membawa kita kepada faktor ketiga dalam hal yang memengaruhi kemampuan berbahasa yaitu sofware, atau lebih spesifiknya adalah operating system bahasa.
Sofware operating system berbahasa pada manusia tidak sama dan tidak setara dengan software operating system bahasa pada hewan. Sofware bahasa manusia memungkinkan manusia bisa belajar bahasa dengan cepat dan kemudian memodifikasi dan memanipulasi bahasa sedemikian rupa sehingga makna bahasa, makna berbahasa, dan ragam bahasa serta dialek bahasa terus berkembang tanpa batas.
Diksi sofware operating system yang dimaksud di sini bukan sekedar berkaitan dengan kemampuan kognitif dalam menangkap informasi, mengingat kata, dan memahami gramatika bahasa, tetapi terhubung secara mendalam dengan aspek kesadaran yang berkaitan dengan motif bahasa, refleksi yang membentuk pengalaman; inner voice, konsep diri, abstraksi yang membentuk proyeksi, persepsi serta perspektif; imajinasi, harapan, emosi, empati, dan kreativitas.