Bayangkan kita bisa menanam padi di lahan kering, bahkan di ruangan tertutup, bisa dipanen berkali-kali hanya dengan sekali menebar benih, bisa dipanen sebulan sekali, dan dengan produktivitas per hektar dua kali dari yang dicapai sekarang.
Masalah Pangan di Indonesia
Selama lima tahun terakhir, penduduk Indonesia tumbuh rata-rata 1.25% per tahun, sementara produksi padi stagnan sebanyak 54 juta ton GKG atau 36 juta ton beras rata-rata per tahun, dengan produktivitas tertinggi sekitar 5 ton per hektar. Sedangkan luas lahan tanaman padi cenderung menyusut dari 15 juta hektar pada tahun 2016 menjadi sekitar 11 juta hektar pada tahun 2021. Rata-rata konsumsi beras per kapita penduduk Indonesia adalah 110 kilogram per tahun. Impor beras pada tahun 2016 sebesar 1,2 juta ton menurun menjadi 408 ribu ton pada tahun 2021, dengan rata penurunan 20% per tahun. Data-data ini mengatakan satu hal kepada kita, kita butuh suatu revolusi pangan.
Bagaimana kita bisa mencapai revolusi pangan yang dimaksud? Mungkin kita bisa mencoba cara lama dalam menghasilkan benih unggul yang memiliki produktivitas tinggi, tahan hama, lebih cepat dipanen, dan butuh air yang sedikit dengan cara persilangan antar varietas padi.
Revolusi Hijau 1.0 yang bertumpu pada lima variabel utama yaitu pupuk, pestisida, benih unggul, manajemen lahan, dan penggunaan mesin masih menjadi mindset utama kita di Indonesia ketika bicara tentang produktivitas padi secara khusus, ataupun ketika bicara soal ketahanan pangan secara umum.
Kesalahan dalam arah pembangunan ekonomi secara umum dan dampaknya terhadap ketahanan pangan pun masih dianggap sebagai bagian dari jebakan politik pangan dan kampanye populis segelintir orang. Adalah benar bahwa tidak ada solusi strategis bagi masalah ketahanan pangan di Indonesia.
Tapi ada cara baru untuk mencapai produktivitas padi yang tinggi dan memperkuat ketahanan pangan itu yaitu dengan editing gen pada tanaman padi. Pemanfaatan Synbio, Biotech, dan Genesis belum menjadi mindset kita di Indonesia.
Edit Gen
Berikut ini lima praktek editing gen untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi.
1. Editing pada gen AHL15 untuk menghasilkan padi yang bisa dipanen berkali-kali hanya dengan sekali menebar benih. (https://phys.org/news/2020-04-longevity-gene.html)
2. Editing pada gen OsKRN2 untuk meningkatkan produktivitas padi. Ini dilakukan dengan mematikan Gen OsKRN2 tersebut. (https://phys.org/news/2022-03-crispr-genes-corn-rice-crop.html)
3. Editing pada gen OsNRT2.3 agar menghasilkan lebih banyak protein OsNRT2.3b untuk meningkatkan produktivitas padi. (https://phys.org/news/2016-06-scientists-protein-boosts-rice-yield.html)
4. Menambahkan salinan kedua gen dari tanaman lain ke DNA padi agar bisa mengekspresikan lebih banyak OxDREBIC untuk meningkatkan produktivitas padi. (https://phys.org/news/2022-08-gene-rice-yield-boost.html)
5. Editing gen yang memungkinkan padi tumbuh baik di lahan kering. (https://phys.org/news/2021-11-rice-core-molecular-physiological-traits.html)
Editing gen pada tanaman padi bisa meningkatkan produktivitasnya berlipat-lipat jika semakin banyak gen yang terlibat yang berasal dari lebih banyak varietas padi dan dari spesies lainnya yang memungkinkan.
Pendekatan Synbio pada tanaman padi jauh lebih efektif dan lebih membumi untuk kasus kita di Indonesia. Ini lebih baik ketimbang mengembangkan sorgum yang masih sempit pasarnya sehingga petani sering kesulitan menjual hasil panen. Kita bisa juga menggunakan Synbio untuk mengembangkan gandum yang bisa tumbuh dengan baik di iklim tropis dengan memanfaatkan gen dari sorgum.