Dengan semakin pesatnya teknologi pengurutan genom dan teknologi komputer kuantum, selain membuat usaha pengurutan genom menjadi lebih cepat dan lebih murah, juga dimungkinkan untuk mentransfer kode genetik menjadi kode qubit. Sehingga setiap manusia lahir, segera dapat diketahui kode genetiknya, lalu diketahui silsilahnya berdasarkan kode genetik itu, juga potensi fisik, mental, dan intelektualnya, serta kode itu dikembangkan menjadi akses spesifik dan unik baginya dalam berinteraksi di metaverse.
Sudah masyur diketahui bahwa netizen atau pengguna medsos dan internet di Indonesia adalah salah satu yang paling kurang adab sedunia. Hujatan, cacian, sumpah serapah , dan bullyan menjadi ciri khas netizen Indonesia yang maklum diketahui pengguna internet di dunia. Salah satu sebabnya karena orang merasa tidak bisa dikenali secara pribadi di dunia maya. Orang dengan mudah mengganti diri dengan alias dan anonim.
Tapi ketika akses masuk ke dunia maya menggunakan kode genetik yang sudah dienkripsi menjadi kode qubit, maka kebebasan seperti tersebut di atas tidak bisa dilakukan lagi. Seseorang akan dengan mudah dikenali dan dilacak jati diri pribadinya.
Kata orang Tangerang mah, "Jadi loe nanti kagak bisa asal bacot lagi. Loe ga bisa lagi anonim ataupun alias.
Tapi penerapan teknologi ini secara keseluruhan membawa konsekuensi lain yang ngeri-ngeri sedap. Terutama dalam aspek keamanan dan privasi.
Hidup Berkesadaran di Metaverse
Aplikasi Komputer Kuantum
Perkembangan pemanfaatan Komputer Kuantum dan Komputer Cahaya akan membuat pekerjaan pemetaan Informasi Genetika suatu individu menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Lebih lanjut, bukan saja Informasi Genetika yang dapat dipetakan, tapi juga Informasi Kuantum-nya. Informasi Kuantum yang dimaksud adalah konfigurasi atom dari tubuh kita dan konfigurasi atom yang membentuk kesadaran kita sebagai individu diurai dan kemudian dipetakan. Keduanya lalu disimpan di Sistem Cloud.
Pertanyaannya, dapatkah gabungan Informasi Genetika dan Informasi Kuantum itu membentuk kehidupan mandiri di Dimensi Metaverse? Dapatkah kita menjalani kehidupan yang abadi dan berkesadaran dalam medium dan dimensi metaverse?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H