Lihat ke Halaman Asli

Asep Setiawan

Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Filsafat Berkedok Matematika

Diperbarui: 11 April 2022   00:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saat merumuskan Rlativitas Umum, Einstein menyadari suatu Expanding Universe, tapi karena mindsetnya adalah Steady State Universe, dia menambahkan Konstanta Kosmologi ke dalam persamaan gravitasinya. Rlativitas Umum dengan Konstanta Kosmologi inilah yang dirilis Einstein pada tahun 1915.

Kemudian pada tahun 1929 Hubble menemukan fakta Expanding Universe, sehingga Konstanta Kosmologi itu dihapus oleh Einstein. Einstein mengakui itu sebagai blunder terbesar dalam karirnya.

Belakangan yaitu pada tahun 1998 ditemukan fakta baru tentang Accelerating Cosmos, bahwa semesta bukan saja mengembang tapi juga mengembang dengan kecepatan yang terus meningkat. Pada galaksi-galaksi terjauh kecepatan ekspansinya bisa setara dua kali kecepatan cahaya. Cahaya menjadi kecepatan tertinggi di semesta, tapi semesta sendiri bergerak dua kalinya. Ini seharusnya membawa konsekuensi yang besar pada Fisika.

Fakta tentang Accelerating Cosmos membuat Konstanta Kosmologi  dimasukkan lagi ke dalam Rlativitas Umum. Bila sebelumnya Konstanta Kosmologi merupakan faktor negatif dalam Persamaan Gravitasi Einstein, sekarang bernilai positif.

Moral dari kejadian ini adalah dalam Fisika, atau secara umum dalam sains, penting lebih dulu memahami mindset dan konsep sebelum memahami rumus dan memvalidasi hasil perhitungan. Terakhir baru memahami konsekuensi dari hasil perhitungan itu.

Fakta Expanding Universe menghasilkan konsekuensi Big Bang dan Cosmic Inflation. Sementara fakta Accelerating Cosmos membawa konsekuensi berupa Dark Energy.

Kronologi dari Big Bang sehingga sampai bentuk Semesta seperti sekarang tetap menjadi misteri besar. Sebagaimana asimetri matter-anti matter dan Dark Energy pun masih misteri besar.

Kita mencari bintang tertua di semesta dari galaksi-galaksi terjauh, padahal pada saat yang sama di galaksi kita pun, Bima Sakti, ada sejumlah bintang yang berumur 13 milyar tahun pada semesta yang berumur 13.8 milyar tahun. Bima Sakti mulai terbentuk tidak lama setelah Big Bang pada masa awal bintang-bintang pertama terbentuk sebelum era Reionisasi.

Di Bumi sendiri ada sejumlah besar Hlium 3 yang terperangkap di Inti Bumi, yang bisa diartikan bahwa pembentukan Bumi sudah dimulai hampir bersamaan dengan Big Bang. 

Kedua temuan ini membuat kita memikirkan kembali kronologi pembentukan semesta yang selama ini menjadi standar.

Dari semua latar belakang ini, kita patut curiga semua Fisika Teori sejak Maxwell, Newton, Einstein, Dirac, Feymann, dan sampai sekarang ini adalah Filsafat berkedok Matematika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline