Lihat ke Halaman Asli

Asep Setiawan

Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Energi Sebagai Senjata Perang

Diperbarui: 26 November 2022   05:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

ABSTRAK 

Kita melihat Rusia dengan kekuatan nuklir dan kekuatan energinya mampu bukan saja bertahan terhadap sanksi ekonomi yang diterapkan NATO dan sekutunya, bahkan mampu menggertak dan mendiktekan kepentingannya kepada NATO khususnya Eropa. Baik Rusia maupun AS akan menggunakan energi untuk menekan maupun mendapatkan dukungan dari Indonesia.

PERANG ENERGI 

Perang Rusia-Ukraina yang berkembang menjadi konflik Rusia-NATO sejatinya adalah perang kekuatan energi.

Penguasaan Rusia atas sejumlah PLTN di Ukraina (Rusia sendiri merupakan salah satu pemasok energi terbesar ke Eropa) mengancam pasokan listrik ke Eropa. Kemudian NATO menerapkan sanksi ekonomi kepada Rusia, yang dibalas Rusia dengan gertakan akan membatasi pasokan gas dan BBM serta mensyaratkan pembayarannya dengan Rubel. AS dan sekutu merespon ini dengan menggelontorkan cadangan strategis BBM mereka. Tindakan ini ditambah dengan lockdown Covid 19 di RRC telah berhasil menurunkan harga minyak mentah di pasar dunia.

Sampai kapan perang energi ini akan berlangsung sangat tergantung kepada seberapa besar tekanan energi yang dimiliki Rusia kepada negara-negara NATO  (yang juga akan berpengaruh kepada pasokan energi dunia), seberapa besar kesediaan AS dan sekutunya untuk melepaskan cadangan strategisnya, dan kepada kebutuhan dunia akan pasokan BBM.

Perang energi dalam kasus ini melengkapi perang klasik dengan kekuatan senjata dan perang dagang. Mereka yang memiliki ketahanan energi yang kuat yang akan memenangkan peperangan.

SKENARIO UNTUK INDONESIA

Bagaimana dengan Indonesia?

Mari kita buat skenario. Skenario ekstrem perlu dikembangkan untuk mendapatkan gambaran yang utuh akan situasinya.

Misalkan, Indonesia mencaplok kembali Timor Timur, karena melihat kondisi Timor Timur yang lemah di banyak bidang setelah menentukan nasib untuk berpisah dari Indonesia. Indonesia tergoda untuk mencaplok kembali Timor Timur dengan suatu operasi militer. Reaksi Dunia atas tindakan itu adalah melakukan operasi militer gabungan untuk membebaskan Timor Timur dan menghukum Indonesia selanjutnya dengan suatu sanksi embargo ekonomi. Apakah Indonesia dapat bertahan menghadapi operasi militer gabungan dan sanksi ekonomi tersebut?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline