Lihat ke Halaman Asli

Asep Setiawan

Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Krisis Energi Indonesia Sudah di Depan Mata

Diperbarui: 15 Maret 2022   04:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Krisis Energi Indonesia di Depan Mata

Jika pada tahun 1960-an rakyat mengantri minyak tanah, sekarang kita alami mengantri minyak goreng. Segera, jika tidak diantisipasi, kita akan mengantri BBM di SPBU dan mengalami kebijakan listrik bergilir. Kita harus lebih mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya krisis energi ketimbang krisis minyak goreng. Ini karena bukan aja akan menekan sektor rumah tangga, tapi juga sektor industri.

Kelangkaan BBM, gas, dan listrik menjadi niscaya karena faktor penyebabnya hampir sama dengan penyebab kelangkaan minyak goreng dan kedelai. Salah satu sebab langka dan mahalnya minyak goreng dan kedelai saat ini adalah karena tersendatnya pasokan bahan baku dan naiknya harga komoditas tersebut di pasar dunia.

Pasokan kedelai tersendat karena impor kedelai dari RRC terhambat oleh kebutuhan RRC sendiri untuk kebutuhan pakan babi, konon.

Salah satu sebabnya langka dan mahalnya minyak goreng ditenggarai disebabkan oleh mahalnya harga CPO di pasaran dunia, terutama akibat tersendatnya pasokan kelapa sawit dari Malaysia. Mahalnya harga CPO dunia menggoda perusahaan sawit Indonesia untuk fokus menjualnya bagi pasar dunia ketimbang pasar domestik.

Sementara perang antara Rusia versus Ukraina yang berlanjut dengan sanksi ekonomi sejumlah Negara Eropa dan Amerika membawa dampak berkurangnya pasokan sejumlah komoditas seperti minyak bumi, gas, dan batu bara di pasaran dunia. Rusia merupakan salah satu pemasok besar kebutuhan minyak mentah, batu bara, dan gas bagi dunia terutama untuk pasar Eropa. Ini tentu akan memicu kenaikan harga komoditas tersebut.

Kenaikan harga batu bara dunia akan membuat perusahaan tambang batu bara Indonesia lebih tertarik dan lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia ketimbang pasar domestik. Ini jika tidak diantisipasi sejak awal akan menghambat pasokan batu bara untuk sejumlah besar Pembangkit Listrik di Indonesia. Pasar komoditas energi yang ditinggalkan Rusia sungguh sangat menggiurkan, karena walaupun Rusia hanya penghasil batu bara nomor 6 dunia, Rusia merupakan pemasok utama batu bara ke Eropa. Sehingga kekosongan pasokan batu bara dari Rusia ini mau tidak mau akan diisi oleh Indonesia. Sementara kebutuhan domestik Indonesia sendiri akan batu bara sangat besar.

Selain batu bara, Rusia pun penghasil minyak mentah dan gas dunia, sehingga sanksi ekonomi terhadap Rusia akan juga mengurangi pasokan komoditas itu di pasaran dunia. Kondisi Indonesia yang sudah menjadi Negara importir minyak mentah dengan sedikitnya Pembangkit Listrik Energi Alternatif, semakin memparah kebutuhan akan BBM untuk Pembangkit Listrik dan gas untuk rumah tangga dan industri.

Jika perang Rusia - Ukraina terus berlanjut dan sanksi ekonomi terhadap Rusia berkepanjangan, maka krisis energi di Indonesia tidak bisa dihindari. Sekalipun pasokannya bisa diamankan, tingginya harga komoditas energi di pasar dunia akan juga memicu kenaikan harga energi di Indonesia. Ini lebih lanjut akan menekan ekonomi Indonesia yang sudah banyak tertekan akibat Pandemi Covid. Ekonomi Indonesia pun akan semakin tertekan oleh efek domino dari inflasi tinggi di AS. 

Bahan Bacaan :

https://www.cnbcindonesia.com/news/20220311160546-4-322085/gegara-perang-rusia-ramai-ramai-dunia-incar-harta-karun-ri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline