Lihat ke Halaman Asli

Asep Setiawan

Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Kalau Tidak Selingkuh Pasti Diselingkuhi

Diperbarui: 13 Februari 2022   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Perselingkuhan adalah nyata dalam kehidupan sosial. Sebagian diabadikan dalam puisi, prosa, dan film. Walaupun tabu secara moral, agama, dan budaya, kasus perselingkuhan diabadikan pada semua kebudayaan baik secara lisan maupun tulisan. Bahkan kisah perselingkuhan memiliki penggemarnya tersendiri sehingga menciptakan ceruk pasar yang cukup menguntungkan untuk digarap lewat bisnis media dan entertainment.

Di luar dunia media, banyak alasan dan alibi bisa diberikan kenapa perselingkuhan terjadi. Daya tarik seksual, tekanan keadaan, jebakan tempat, atau rasa suka dan cinta yang muncul tiba-tiba ataupun tumbuh lambat laun merupakan alibi yang biasa disebut.

Satu yang tak diungkap adalah bahwa perselingkuhan pun lahir dari prinsip-prinsip dan kondisi-kondisi logis yang tak bisa dihindari. Berikut ini 3 prinsip yang dimaksud.

1. Sindrom koclak. Satu kurang, dua terlalu banyak. Apalagi konon rumput di seberang mata lebih hijau, pun burungnya lebih berkicau. Keberadaan pasangan tidak memenuhi semua kebutuhan dan kriteria psikis, fisik, materi, hasrat, dan kesempatan. Ada sejumlah ruang kosong yang bisa diisi orang lain. Tak ada seorang pun yang sempurna sehingga ruang-ruang kosong dalam dirinya bisa diisi orang lain. Setiap orang punya peluang untuk selingkuh dan diselingkuhi. Kalau tidak selingkuh, pasti diselingkuhi. Kalaupun sekarang belum, itu karena belum bertemu dengan orang yang tepat saja. Kita sebut saja ini Prinsip One isn't More.

2. Seseorang dipertahankan hanya karena belum ada yang lebih baik mendekat, belum ada yang lebih baik bisa didapatkan. Seseorang dimiliki untuk dilepaskan. Ketika ada yang lebih baik segera saja kesempatan itu diambil. Kita sebut ini Prinsip Availability.

3. Godaan yang datang tidak ada jaminan akan datang lagi. Godaan yang datang terlalu indah untuk dilepaskan. Kesempatan yang ada lebih baik dimanfaatkan saat ini juga, mumpung ada yang respon, mumpung gayung bersambut, dan mumpung situasinya memungkinkan. Ini bisalah kita sebut Prinsip Pragmatisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline