Lihat ke Halaman Asli

Asep Setiawan

Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Kita adalah Semesta bagi Sel

Diperbarui: 2 Februari 2022   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

JOURNEY OF LOVE AND MISSING
From Fear Into Missing

Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir. (QS. 59:21)

Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. (QS. 2:74)

Bulan dan Mars yang begitu dekat dari Bumi tidak memiliki kehidupan. Aneh ga sih?

Apa kehidupan cuma ada di Bumi?  Mungkinkah kita salah dalam mendefinisikan kehidupan? Bisakah kita salah dalam mendefinisikan kesadaran? Adakah prinsip umum bagi semua level dan dimensi kehidupan yang ada?

Bisa jadi al Qur'an berbicara fakta dan bukan metafora ketika mengatakan gunung, tumbuhan, dan semesta ini seluruhnya berkesadaran. Batu dan gunung yang takut dan menagis itu nyata, bukan metafora, bukan pula simbol.

Kehidupan itu tersusun bertingkat-tingkat.

Kehidupan kita ini pun tersusun dari kehidupan masing-masing organ. Setiap organ mempunyai kehidupan, umur dan ajal masing-masing.

Setiap organ tubuh tersusun lagi dari kehidupan sel. Setiap sel tersusun lagi dari kehidupan unsur-unsur dalam Tabel Periodik Kimia. Setiap unsur tersusun lagi dari kehidupan atom. Setiap atom tersusun lagi dari jahitan dan pintalan energi dan informasi kuantum.

Sel-sel dalam tubuh kita sulit dikatakan tidak berkesadaran. Atom-atom pun mungkin punya kesadaran yang tidak harus sama dengan yang kita miliki. Mereka itu punya kehidupan tersendiri. Kesadarannya terpisah sekaligus terintegerasi dengan kesadaran kita sebagai individu.

Bagaimana jika kita ini di Bumi ini sebenarnya hal satu "sel" dalam keseluruhan "tubuh" semesta jagad raya? Sedangkan semesta mempunyai kesadaran tersendiri yang terpisah sekaligus terintegerasi dengan kesadaran kita sebagai individu?  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline